Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peristiwa Haur Koneng 1993

Kompas.com - 23/05/2024, 20:00 WIB
Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti,
Widya Lestari Ningsih

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Haur Koneng merupakan nama komunitas tarekat Islam di Majalengka, Jawa Barat, yang dipimpin oleh seorang guru agama bernama Abdul Manan.

Dinamai Haur Koneng atau Bambu Kuning, karena mereka biasa membawa bambu kuning.

Komunitas Haur Koneng mendirikan sebuah padepokan yang jauh dari masyarakat, di daerah terpencil dusun Gunung Seureuh, sehingga tidak semua orang dapat melihat aktivitas mereka.

Pada akhir Juli 1993, terjadi insiden antara komunitas Haur Koneng dengan polisi dan tentara Orde Baru, yang mengakibatkan jatuh korban jiwa.

Tragedi tersebut dikenal sebagai Peristiwa Haur Koneng. Berikut ini sejarahnya.

Baca juga: Tragedi Waduk Nipah 1993

Kronologi Peristiwa Haur Koneng

Peristiwa Haur Koneng bermula dari konflik antara komunitas Haur Koneng dan pihak desa setempat.

Komunitas Haur Koneng yang tinggal di Dusun Gunung Seureuh di Lembah Sirna Galih, di kaki Gunung Ciremai, Majalengka, menolak membayar pajak dan dilakukan sensus.

Mereka menolak membayar pajak karena tanah di dunia ini adalah bumi Allah SWT, yang seharusnya tidak dikenai pajak.

Merespons penolakan tersebut, komunitas Haur Koneng dipanggil dan berujung pada insiden pemukulan kepada kepala desa.

Kepala desa lantas membawa sengketa tersebut ke pihak kepolisian.

Pada 28 Juli 1993, kepolisian mendatangi padepokan Haur Koneng untuk dimintai keterangan, tetapi terjadi bentrokan yang mengakibatkan terbunuhnya Kapolsek Bantarujeg, Serka Sri Ayeum. 

Kapolsek Serka Sri Ayeum tewas akibat tikaman senjata tajam. Akhirnya, polisi menarik diri dari lokasi padepokan.

Baca juga: Carok, Duel Celurit di Madura Hasil Adu Domba Belanda

Tepat keesokan harinya, polisi bersama tentara melakukan serbuan ke padepokan Haur Koneng.

Saat itu, mereka membingkai bahwa Haur Koneng adalah aliran sesat yang mengancam keamanan dan menjustifikasi tembakan sebagai langkah pengamanan.

Komunitas Haur Koneng berusaha bertahan dari kepungan polisi dan tentara dengan mempersenjatai diri menggunakan golok, parang, sabit, atau pentungan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com