LONDON, KOMPAS.com - Meski sudah tersemat gelar kebangsawanan Inggris, Sir, pada namanya, petenis Andy Murray tetap gelisah.
Murray yang berpaspor Inggris itu rupanya masih dibayangi "hantu" dalam perjalanan kariernya.
Baca juga: Andy Murray Hampir Comeback Seandainya Tak Ada Pandemi Virus Corona
Bahkan, jika dihitung, sudah empat tahun lamanya, sejak 2016, "hantu" itu seakan menempel pada dirinya.
Andrew Barron Murray, kelahiran Glasgow, Skotlandia, pada 15 Mei 1987 punya pengalaman yang tak lekang dalam benaknya.
Pada 2016, tulis laman bangkokpost.com, hari ini, Murray dipecundangi seterunya, Novak Djokovic di Paris.
Tepatnya, pada Kejuaraan Paris Terbuka pada partai final di Roland Garros.
Kala itu, Djokovic, petenis asal Serbia yang dianggap musuh abadinya itu menang dengan raihan angka 3–6, 6–1, 6–2, 6–4.
Kemenangan itu, bagi Djokovic, adalah raihan pertama dan satu-satunya di Perancis Terbuka, sampai sekarang.
Olimpiade
Kini, pada 2020, di tengah pandemi corona, kedua petenis kelas dunia itu saling berbagi cerita di laman media sosial masing-masing tentang rivalitas sejak kecil hingga di usai 30 tahunan itu.
"Kekalahan dari Djokovic itu menghantui saya," tutur Andy Murray.
Data menunjukkan, termutakhir, Andy Murray dan Novak Djokovic sudah bersua laga 36 kali.
Keunggulan 25-11 ada di pihak Djokovic.
Secara rinci, Djokovic menorehkan kemenangan 5-1 saat menantang Murray di lapangan tanah liat.
Djokovic, masih unggul 20-8 atas Murray di lapangan keras.