Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Yoga, Jalan Kaki, dan Jogging Dapat Membantu Mengobati Depresi

Kompas.com - 23/05/2024, 11:00 WIB
Annisa Fakhira Mulya Wahyudi,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah studi baru menemukan bahwa olahraga adalah pengobatan yang efektif untuk depresi baik jika digunakan sendiri atau jika digunakan bersamaan dengan terapi dan pengobatan.

Jalan kaki, joging, yoga, dan latihan kekuatan dapat mengurangi gejala depresi lebih banyak dibandingkan olahraga lainnya.

Baca juga: Ilmuwan Kembangkan Pil untuk Gantikan Olahraga, Seperti Apa?

Dampak olahraga terhadap depresi

Sebuah analisis baru terhadap lebih dari 200 penelitian menunjukkan bahwa olahraga sama efektifnya dengan terapi dalam mengobati depresi.

Penelitian yang dipublikasikan di The BMJ baru-baru ini menemukan bahwa jalan kaki, joging, yoga, dan latihan kekuatan bekerja paling baik dalam mengurangi gejala depresi, terutama saat olahraga lebih intens.

“Kami menemukan bahwa olahraga dapat mengurangi depresi pada tingkat yang sebanding dengan pengobatan standar emas seperti terapi perilaku kognitif ,” Michael Noetel, PhD , penulis utama studi dan dosen senior psikologi di Universitas Queensland, Australia.

Dalam studi dijelaskan semua latihan fisik dapat efektif mengobati depresi, baik dilakukan sendiri atau bila dikombinasikan dengan terapi dan pengobatan.

Namun, jalan kaki, joging, yoga, dan latihan kekuatan menunjukkan manfaat paling besar, sedangkan lari dan latihan interval adalah yang paling efektif.

Para peneliti juga menemukan bahwa olahraga yang lebih berat mempunyai dampak yang lebih besar pada suasana hati terlepas dari lamanya latihan.

Baca juga: Benarkah Olahraga Berlebihan Bisa Sebabkan Impotensi?

Bagaimana olahraga dapat mengobati depresi?

Para peneliti tidak mengetahui secara pasti bagaimana olahraga dapat meredakan depresi, namun salah satu cara yang mungkin dilakukan adalah dengan mengubah keseimbangan neurotransmiter otak.

Olahraga melepaskan pengatur suasana hati dopamin dan serotonin. Tingkat serotonin yang rendah, misalnya, telah dikaitkan dengan depresi, kecemasan, gangguan obsesif-kompulsif, dan fobia, dikutip dari Healthline.

Selain itu, kegiatan fisik dapat memberikan rasa bermakna dan keterlibatan dalam rutinitas. Seringkali ada unsur sosial juga, dan semua faktor ini dapat mempengaruhi kesehatan mental kita secara positif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com