Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ukurannya Menyusut, Bulan Jadi Rentan Tanah Longsor dan Gempa

Kompas.com - 31/01/2024, 13:34 WIB
Monika Novena,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bulan perlahan menyusut selama jutaan tahun. Hal ini ternyata mempunya konsekuensi besar, bersamaan dengan penyusutan itu terjadi gempa di Bulan dan tanah longsor.

Masalah terjadi karena kini misi Artemis tengah melakukan persiapan untuk mendarat di Bulan pada tahun 2026 mendatang.

Baca juga: Kenapa Pilih Bikin Koloni di Mars daripada di Bulan?

Para ahli geologi khawatir apakah gempa Bulan serta tanah longsor itu bakal berdampak pada pendaratan misi tersebut.

Gempa Bulan

Mengutip IFL Science, Selasa (30/1/2024) penelitian baru kini menyelidiki dampak gempa Bulan yang tercatat, khususnya di sekitar Kutub Selatan Bulan.

Itu merupakan wilayah yang selama ini menjadi tujuan eksplorasi, sekaligus area yang terletak di dekat sisi pendaratan Artemis 3 yang direncakanan akan mendarat tahun 2026.

Penelitian menemukan bahwa beberapa lereng permukaan di wilayah tersebut sangat rentan retak akibat guncangan.

"Anda bisa membayangkan permukaan Bulan kering, dipenuhi kerikil dan debu. Selama miliaran tahun, permukaannya telah dihantam oleh asteroid dan komet, sehingga fragmen yang dihasilkan terus menerus terlontar akibat benturan tersebut yang memungkinkan terjadinya guncangan dan tanah longsor," kata Nicholas Schmerr, peneliti dari Universitas Maryland.

Gempa Bulan sendiri tidak terlalu dalam, terjadi pada kedalaman 50-220 kilometer di bawah permukaan.

Gempa juga tidak terlalu kuat. Gempa terkuat yang pernah tercatat adalah berkekuatan 5,7 yang berasal dari wilayah Kutub Selatan.

Namun, meski lebih lemah dibandingkan gempa di Bumi, gempa bulan berlangsung selama berjam-jam, menjadikannya sebagai kekhawatiran yang tidak boleh dianggap remeh.

Baca juga: Bulan Akan Jadi Pemakaman di Masa Depan

"Pemodelan kami menunjukkan bahwa gempa bulan dangkal yang mampu menghasilkan guncangan tanah yang kuat di wilayah Kutub Selatan mungkin terjadi akibat peristiwa selip pada patahan atau pembentukan patahan baru," terang Thomas R.Watters, penulis utama studi.

Lalu mengapa Bulan bisa menyusut?

Melansir Live Science, itu pada dasarnya karena bagian dalam Bulan telah mendingin selama beberapa ratus juta tahun terakhir--ibarat kismis yang mengerut.

Pemukiman permanen di masa depan

Lebih lanjut para peneliti terus berupaya memahami wilayah Bulan yang mungkin memiliki risiko seismik signifikan.

Daerah-daerah tersebut harus dihindari untuk pemukiman permanen di masa depan. Namun kunjungan singkat pun mungkin tetap berisiko jika terlalu dekat dengan lereng yang rentan.

"Potensi pembentukan patahan baru akibat kontraksi global yang sedang berlangsung harus dipertimbangkan ketika merencanakan lokasi dan stabilitas pos terdepan permanen di Bulan," tambah Watters.

Schmerr juga mengatakan bahwa semakin dekat dengan tanggal peluncuran misi berawak Artemis, maka penting untuk menjaga astronot, peralatan, dan infrastruktur seaman mungkin.

"Pekerjaan ini membantu kita bersiap menghadap apa yang menanti kita di Bulan, misalnya menyiapkan struktur rekayasa yang dapat lebih tahan terhadap aktivitas seismik Bulan atau melindungi manusia dari zona yang sangat berbahaya," paparnya lagi.

Studi dipublikasikan di The Planetary Science Journal.

Baca juga: Mengapa Tidak Ada Kehidupan di Bulan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com