KOMPAS.com - Salah satu fakta unik tentang ubur-ubur adalah hewan ini tidak memiliki otak.
Meski tanpa otak, ubur-ubur berhasil selamat dari kepunahan massal dan bertahan hingga saat ini.
Lantas, bagaimana cara ubur-ubur bertahan hidup tanpa otak?
Dilansir dari National Geographic, tubuh utama ubur-ubur, yang tampak seperti lonceng, terbuat dari dua lapisan sel tipis dengan bahan berair, kata ahli biologi ubur-ubur, Lucas Brotz.
Struktur sederhana ini adalah "trik evolusi yang rapi," yang memungkinkan ubur-ubur tumbuh besar dan makan lebih banyak tanpa metabolisme yang tinggi.
Baca juga: Apakah Ubur-ubur Termasuk Ikan?
Sementara sebagian besar spesies yang pernah hidup telah punah, kelompok "kantong air" ini yang dapat bertahan selama lebih dari 600 juta tahun.
Sengatan ubur-ubur adalah salah satu proses tercepat dalam biologi, kata Sean Colin, ahli ekologi di Roger Williams University.
Sengatan ubur-ubur juga sebenarnya cukup rumit, meski tampak sederhana.
Sel penyengat ubur-ubur disebut knidosit. Ini merupakan ciri khas ubur-ubur dan kerabatnya seperti karang dan anemon laut.
Di dalam sel-sel ini ada organel yang disebut nematocyst, yang berisi kapsul dengan tombak kecil yang melingkar di dalamnya.
Baca juga: Ubur-Ubur Hantu Raksasa, Makhluk Laut Raksasa yang Misterius
Ketika dipicu untuk menyerang, ratusan dari nematocyst tersebut akan keluar.
Pelepasan tekanan itu menghasilkan pukulan super cepat, yang berlangsung hanya 700 nanodetik, dengan kekuatan yang cukup untuk memecahkan cangkang krustasea pada titik terlemahnya.
Banyak dari 3.000 spesies ubur-ubur yang diidentifikasi sejauh ini adalah bioluminescent, yang berarti mereka dapat membuat cahaya sendiri.
Bagian penting dari trik yang digunakan oleh satu spesies, ubur-ubur kristal, adalah gen yang disebut protein fluoresen hijau atau GFP.
Tentakel ubur-ubur masih bisa menyengat, meksi terlepas atau bahkan oleh ubur-ubur yang sudah mati.
Baca juga: Cara Ubur-ubur Berkembang Biak
Colin mengatakan, jika mengonsumsi cumi-cumi yang memangsa ubur-ubur tetapi tidak dicerna sepenuhnya, ubur-ubur tersebut juga masih bisa menyengat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.