Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siswa SD di Tasikmalaya Alami Depresi hingga Meninggal Usai Dipaksa Setubuhi Kucing, Ini Kata Psikolog

Kompas.com - 21/07/2022, 17:30 WIB
Zintan Prihatini,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang anak berinisial F (11), yang masih duduk di kelas V SD (11) di Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, meninggal dunia usai mengalami depresi dan sakit akibat dirisak teman-teman sebayanya.

F dipaksa untuk bersetubuh dengan kucing, sambil direkam menggunakan ponsel beberapa waktu lalu.

Lantaran rekaman video itu tersebar korban menjadi depresi, hingga tidak mau makan dan minum sampai kemudian dia meninggal dunia saat dalam perawatan di rumah sakit pada Minggu (18/7/2022).

Baca juga: Efek Jangka Panjang Bullying pada Pelaku dan Korban

"Sepekan sebelum meninggal dunia, rekaman itu menyebar dan (dia) di-bully teman-temannya semakin menjadi-jadi. Anak saya jadi malu, tak mau makan minum, melamun terus sampai dibawa ke rumah sakit dan meninggal saat perawatan," ujar ibu kandung F, T (39), seperti diberitakan Kompas.com edisi 20 Juli 2022.

Kepada ibunya, F mengaku dipaksa menyetubuhi kucing dengan disaksikan teman-temannya sambil diolok-olok dan direkam oleh para pelaku.

Disebutan pula bahwa selama depresi dan tak mau makan atau minum, korban sempat mengeluh sakit tenggorokan sampai akhirnya meninggal dunia.

"Sebelum kejadian rekaman itu, korban juga mengaku suka dipukul-pukul oleh mereka. Sampai puncaknya dipaksa begitu (sama kucing)," jelas ibu korban.

Penyebab bullying pada anak

Psikolog Klinis dan Forensik Kasandra Associates, Kasandra Putranto menjelaskan, bahwa pelaku bullying atau perundungan, memiliki kepuasan tersendiri apabila ia menjadi penguasa di kalangan teman-temannya.

Dengan melakukan bullying, kata dia, anak tersebut akan mendapatkan pengakuan serta pelabelan yang dinilai positif dari teman sebayanya, bahwa ia adalah orang yang hebat, kuat, dan besar.

Hal ini semakin mempertegas ketidakberdayaan, dan betapa lemahnya korban di mata pelaku.

"Anak-anak melakukan bullying berdasarkan motivasi intrinsik dan ekstrinsik pada anak untuk menonjolkan diri dan mengontrol lingkungan sesuai dengan kehendak mereka," terang Kasandra saat dihubungi Kompas.com, Kamis (21/7/2022).

"Pelaku 'bully' mempunyai karakteristik yang agresif, suka mendominasi, mempunyai pandangan yang positif tentang kekerasan dan tidak mempunyai sifat empati terhadap orang lain," lanjutnya lagi.

Menurut Carney dan Merrell (2001); Glew dan kawan-kawan (2000), kebanyakan pelaku bullying memiliki sifat yang mendukung kekerasan sebagai sarana untuk menyelesaikan permasalahan mereka, atau mendapatkan hal yang diinginkan.

Mereka juga menggunakan perilaku tersebut untuk mempertahankan dominasi, di mana umumnya pelaku kurang memiliki empati terhadap korban.

"Perilaku bullying pada anak, disebabkan banyak hal, menurut Mc Dougall dalam diri setiap orang terdapat insting untuk menyerang dan berkelahi," jelas Kasandra.

"Dorongan dari naluri ini yaitu rasa marah karena suatu hal, terutama karena merasa terancam atau kebutuhannya tidak terpenuhi. Jadi ia melakukan bullying untuk melepaskan emosi yang ia pendam," imbuhnya.

Baca juga: Kasus Bullying Marak, Ini Penyebab Perilaku Kekerasan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com