JAKARTA, KOMPAS.com- Aktor Furry Setya menyebut kondisi psikologisnya menjadi salah satu alasan terjadinya pertengkaran demi pertengkaran dengan Dwinda Ratna yang akhirnya membuat mereka sepakat untuk bercerai.
Bintang sitkom Tukang Ojek Pengkolan (TOP) ini mengungkap adanya hal yang mengganjal dalam dirinya yang bahkan tak bisa dia jelaskan pada awalnya.
"Perpisahan ini 100 persen aku yang salah, kayak ada masalah dari psikologiku," kata Furry dikutip dari YouTube Melaney Ricardo.
"Tentang masa laluku, bukan karena aku masih cinta sama mantanku, ada sesuatu yang aku sendiri bingung, ada sesuatu yang belum release (lepas), trauma atau apa, aku kan tipikalnya memendam," ujarnya.
Baca juga: Menangis Ingat Ucapan Dwinda Ratna Saat Menikah, Furry Setya: Saya Kasihan Banget
Bahkan sejak tahun pertama pernikahan, mereka sudah bertengkar hebat. Furry saat itu sampai membanting handphonenya karena marah.
Tapi dari setiap pertengkaran yang terjadi, Furry merasa tak pernah ada solusi.
"Aku keras, dia keras, mungkin kaget juga karena itu tahun pertama ya. Tapi aku salut dia itu cepat memaafkan orang lain dan memaafkan dirinya sendiri, paginya bisa ceria lagi," ucap Furry.
"Sementara aku bukan kayak gitu, karena Dwinda ceria, aku pun cerita lagi tapi kayak ada yang masih mengganjal, itu belum beres, nanti ada pertengkaran lagi, belum beres lagi, numpuk-numpuk," lanjutnya.
Baca juga: Cari Psikiater hingga Rela Antre di RSJ, Furry Setya: Aku Enggak Kuat
Furry merasa trauma masa lalunya dan ekspektasi yang dia ciptakan sendiri tentang Dwinda telah menjadi sesuatu yang mengusik jiwanya.
"Kemungkinan karena trauma masa laluku, ketambahan ekspektasi," ujar Furry.
"Aku berharapnya Dwinda begini-begini, tapi ternyata berbeda kenyataannya. Itu jadi kayak aku hidup dalam ekspektasiku," imbuhnya.
Merasa tak sanggup mengatasi kondisinya, Furry akhirnya memutuskan konsultasi dengan psikiater sebulan sebelum mereka mendaftarkan perceraian ke Pengadilan Agama.
"Desember tahun kemarin ke psikiater aku, di Semarang," ujar Furry.
"Aku enggak kuat, takut gila aku. Beneran aku sampai ke psikiater, sampai nyarinya ke rumah sakit jiwa di Semarang," lanjutnya.
Karena RSJ antre panjang, Furry yang sudah menunggu bersama pasien lain akhirnya memutuskan mencari rumah sakit lain.