Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bayu Skak dan Cerita Perjuangan Buat Film Berbahasa Daerah

Kompas.com - 16/08/2023, 08:20 WIB
Ady Prawira Riandi,
Tri Susanto Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perjuangan Bayu Skak dalam membuat film berbahasa daerah ternyata tak semudah yang dibayangkan.

Pria bernama asli Bayu Eko Moektito ini harus melewati berbagai rintangan saat ingin mewujudkan Yowis Ben ke dalam medium sinema.

Penolakan dari rumah produksi hingga tak dibayar sampai 500.000 penonton pernah dialaminya.

Baca juga: Bayu Skak Ingin Gerakkan Potensi Daerah di Industri Perfilman Indonesia

Bayu Skak pun membagikan ceritanya dalam webinar Festival Film Wartawan Indonesia (FFWI), Selasa (15/8/2023).

Perjudian

Setelah ditolak oleh empat rumah produksi, Bayu Skak akhirnya mendapat secercah harapan ketika naskah Yowis Ben diambil oleh Starvision.

Chand Parwez mau memproduksi film tersebut namun dengan syarat Bayu Skak harus mengubah dialognya ke dalam Bahasa Indonesia.

Bayu Skak lalu berjuang meyakinkan Parwez agar filmnya tetap mengusung bahasa Jawa penuh.

Baca juga: Setelah Malang dan Surabaya, Bayu Skak Akan Buat Film dengan Latar Solo

"Karena saya enggak ada track record-nya di film, akhirnya saya bilang ke Pak Parwez, 'sebelum 500.000 penonton saya berani enggak dibayar asal tetap berbahasa daerah!'" kenang Bayu Skak.

Perjudian itu terbayar ketika Yowis Ben mendapatkan lebih dari 900.000 penonton.

Film tersebut akhirnya dilanjutkan hingga menjadi sebuah trilogi.

Proyek selanjutnya

Setelah Yowis Ben di Malang dan Loro Ati di Surabaya, Bayu Skak sudah memikirkan lokasi untuk proyek film selanjutnya.

Pria kelahiran Malang ini ingin menggarap film dengan latar tempat Solo.

Baca juga: Perjudian Bayu Skak, Berani Tak Dibayar Sampai Yowis Ben Tembus 500.000 Penonton

"Saya tertantang untuk next-nya di Solo," kata Bayu Skak.

Desentralisasi

Bayu Skak ingin ke depannya industri kreatif tak selalu berpusat di Jakarta.

Dengan pengalamannya sekarang, Bayu Skak ingin menggerakkan potensi besar dari setiap daerah untuk berkarya dan meramaikan industri hiburan Indonesia.

"Jadi yang pengin saya lakukan adalah desentralisasi agar tak di Jakarta saja perputarannya. Karena dari dulu panggungnya selalu di Jakarta," kata Bayu Skak.

Salah satu cara yang ditempuh oleh Bayu Skak adalah dengan melibatkan banyak aktor dan kru dari daerah ketika sedang menggarap sebuah produksi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com