Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi Pemilik Baru Twitter, Elon Musk Ingin Lakukan Hal Ini

Kompas.com - 26/04/2022, 06:09 WIB
Rintan Puspita Sari

Penulis

Sumber CNN,BBC,CNBC

KOMPAS.com- Elon Musk, salah satu pria terkaya di dunia, resmi menjadi pemilik jejaring media sosial Twitter.

CEO SpaceX dan Tesla itu menjadi salah satu pemegang saham terbesar di Twitter setelah membeli sahamnya sebesar 44 miliar dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp 635 triliun.

"Kebebasan berbicara adalah landasan dari fungsi demokrasi dan Twitter adalah town square digital di mana hal-hal penting bagi masa depan umat manusia diperdebatkan," kata Musk dalam sebuah pernyataan Senin.

"Twitter memiliki potensi luar biasa — saya berharap dapat bekerja sama dengan perusahaan dan komunitas pengguna untuk membukanya," lanjutnya.

Musk adalah pengguna Twitter terkenal dan kontroversial.

Baca juga: Selain Elon Musk, 3 Pesohor Ini akan Jadi Saksi di Persidangan Johnny Depp dan Amber Heard

Dia memiliki lebih dari 83 juta pengikut di platform, yang telah dia gunakan selama bertahun-tahun untuk segala hal mulai dari berbagi meme dan mendiskusikan perusahaannya hingga menghina politisi.

Dalam beberapa hari terakhir, Musk telah berulang kali menekankan bahwa tujuannya adalah untuk meningkatkan kebebasan berbicara di platform itu dan bekerja untuk "membuka" "potensi luar biasa" Twitter.

Dalam pernyataannya Senin (25/4/2022), Musk mengatakan dia ingin membuat Twitter lebih baik dari sebelumnya.

Baca juga: Diduga Berselingkuh dengan Amber Heard, Nama Elon Musk Terseret di Persidangan Johnny Depp

"Saya juga ingin membuat Twitter lebih baik dari sebelumnya," kata Elon. 

"Dengan meningkatkan produk dengan fitur-fitur baru, membuat algoritme open source untuk meningkatkan kepercayaan, mengalahkan bot spam, dan mengautentikasi semua manusia. Twitter memiliki potensi luar biasa. Saya berharap dapat bekerja sama dengan perusahaan dan komunitas pengguna untuk membukanya," lanjutnya. 

Secara terpisah, dia mengatakan dalam twit Senin bahwa dia berharap "bahkan kritikus terburuk saya tetap ada di Twitter, karena itulah arti kebebasan berbicara."

Namun, beberapa pakar industri khawatir bahwa keinginan Musk untuk kebebasan berbicara di Twitter dapat berarti membatalkan beberapa pekerjaan platform untuk mengekang ujaran kebencian, informasi yang salah, pelecehan, dan konten berbahaya lainnya.

Sementara yang lain mempertanyakan apakah Musk dapat memulihkan akun mantan Presiden Donald Trump, yang dihapus awal tahun lalu karena melanggar kebijakan Twitter terhadap menghasut kekerasan setelah Kerusuhan Capitol.

Langkah seperti itu dapat memiliki konsekuensi yang signifikan untuk pemilihan presiden Amerika Serikat 2024 mendatang.

Meskipun Twitter lebih kecil dari beberapa saingan media sosial, ia memiliki pengaruh yang sangat besar di dunia online dan offline karena digunakan oleh banyak politisi, tokoh masyarakat, dan jurnalis, dan terkadang bertindak sebagai model untuk platform lain dalam cara menangani konten berbahaya.

"Jangan biarkan Twitter menjadi cawan petri untuk ujaran kebencian, atau kebohongan yang merusak demokrasi kita," kata Derrick Johnson, presiden NAACP, dalam sebuah pernyataan yang ditujukan kepada Musk, Senin, setelah kesepakatan itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com