JAKARTA, KOMPAS.com - Bioskop Online kembali memanjakan para pemirsanya dengan menghadirkan film yang berjudul Filosofi Kopi: Aroma Gayo.
Film bergenre dokumenter ini disutradarai oleh Rahung Nasution dan dibintangi oleh aktor Rio Dewanto.
Dalam film tersebut Rio Dewanto akan menjelajahi Tanah Gayo yang terletak di Aceh. Nantinya Rio akan menguak seputar kopi Gayo yang disebut-sebut sebagai salah satu kopi terbaik di dunia.
Baca juga: Jadi CEO Filosofi Kopi, Rio Dewanto Akui Punya Tanggung Jawab Besar
Berikut fakta film Filosofi Kopi: Aroma Gayo seperti dirangkum Kompas.com.
Rahung Nasution melalui wawancara eksklusif dengan Kompas.com via Zoom menceritakan ide awal dari film besutannya itu.
"Idenya sangat sederhana karena kita pengin membawa Filosofi Kopi yang fiksi itu dalam bentuk dokumenter,” kata Rahung Nasution.
Rahung berujar film ini sarat akan kopi Gayo dan memberikan edukasi di dalamnya. Namun tetap memperlihatkan sisi hiburan dalam film tersebut.
Baca juga: Film Filosofi Kopi: Aroma Gayo, Ketika Rio Dewanto Mengenal Lebih Dalam soal Kopi Gayo
"Jadi kami mau membuat perjalanan ringan menghibur tapi memberikan edukasi dan isu-isu sosial tapi dikemas dalam kemasan entertainment atau menghibur,” tutur Rahung.
“Biarpun ada nilai filosofi yang kami gali soal kopi, mulai dari budidayanya, persoalan sosial, hulu dan hilirnya, kita menyampaikannya dengan cara yang rileks, agak renyah. Kita membuat itu versi travelling jalan-jalan,” tambah Rahung.
Rahung Nasution mengatakan dia tidak berpikir panjang ketika mendapat tawaran untuk menggarap Filosofi Kopi: Aroma Gayo.
Baca juga: Film Filosofi Kopi: Aroma Gayo, Rahung Nasution: Kopi Gayo Menarik Sejak Zaman Kolonial
“(Keterlibatannya) aku tuh punya cita-cita punya kebun kopi di Mandailing Natal di Sumatera Utara. Kemudian dari situ karena pertemanan dari kawan-kawan Visinema karena ada beberapa pekerjaan yang kita lakukan bersama juga,” kata Rahung.
“Terus ada kawan-kawan, mereka mengajak saya terlibat ya dengan senang hati terlibat di projek itu,” ujar Rahung menambahkan.
Terpilihnya kopi Gayo sebagai ide cerita dalam film tersebut lantaran Rahung ingin kembali mengangkat nama kopi Gayo.
Baca juga: Rio Dewanto Bicara soal Kopi, Jadi CEO dan Perkebunan di Gayo
"Kenapa Gayo? Karena Indonesia jadi penghasil kopi arabica terbesar, dia masuk lima besar. Arabica paling banyak diproduksi di Sumatera, Tanah Gayo, kedua di Toraja, dan beberapa di Pulau Jawa,” ucap Rahung.
"Gayo ini menarik dari tahun 1920an, zaman kolonial, kopi Sumatera dikenal tapi kan dengan label Mandailing, market-market besar, sementara Mandailing berpenghasilan kopi sudah merosot sejak tahun 1990an," tambahnya.
Rahung menambahkan ada keunikan dari cara bercocok tanam petani kopi Gayo.
Baca juga: Farid Stevy Buka Rahasia di Balik Popularitas Logo Maicih sampai Filosofi Kopi
“Bahkan ketika mulai bercocok tanam ada ritual, mantra-mantranya. Sebagian besar masyarakat Gayo, Aceh Tengah, petani kopi,” ujar Rahung menambahkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.