Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Iran, Meninggalnya Presiden Disambut Duka dan Perayaan Terselubung

Kompas.com - 21/05/2024, 10:27 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber Reuters

TEHERAN, KOMPAS.com - Pemerintah Iran mengumumkan hari berkabung selama lima hari untuk Presiden Ebrahim Raisi yang meninggal karena kecelakaan helikopter pada Minggu (19/5/2024).

Suasana tenang untuk mengungkapkan duka cita pada tokoh senior dilakukan para loyalis pemerintah dengan berkumpul di masjid-masjid dan alun-alun untuk mendoakan Raisi dan Menteri Luar Negeri Hossein Amir Abdollahian.

Tetapi, sebagian besar toko tetap buka dan pihak berwenang tidak melakukan banyak upaya untuk mengganggu kehidupan sehari-hari.

Baca juga: Sebelum Ebrahim Raisi, Ini Deretan Pemimpin Lain yang Tewas dalam Drama Penerbangan

Setahun setelah pemerintahan garis keras Raisi melakukan tindakan keras untuk mengakhiri demonstrasi anti-kemapanan terbesar sejak revolusi 1979, para penentangnya bahkan mengunggah video diam-diam di internet yang menunjukkan orang-orang membagikan permen untuk merayakan kematiannya.

Laila, seorang mahasiswi berusia 21 tahun di Teheran, mengatakan kepada Reuters melalui telepon bahwa dia tidak sedih dengan kematian Raisi.

"Karena dia memerintahkan tindakan keras terhadap perempuan yang berhijab," ujarnya.

"Tetapi saya sedih karena bahkan dengan kematian Raisi, rezim ini tidak akan berubah," imbuh dia.

Kelompok hak asasi manusia mengatakan ratusan warga Iran tewas dalam demonstrasi 2022-2023 yang dipicu oleh kematian seorang wanita muda Kurdi Iran yang ditangkap oleh polisi moral karena melanggar aturan berpakaian ketat di negara itu.

Penanganan pihak berwenang terhadap berbagai krisis politik, sosial dan ekonomi telah memperdalam kesenjangan antara pemimpin agama dan masyarakat.

Baca juga: Israel-Hamas Tolak Tawaran ICC untuk Menangkap Para Pemimpinnya

Para pendukung kelompok ulama memuji Raisi, mantan ahli hukum garis keras berusia 63 tahun yang terpilih melalui pemungutan suara yang dikontrol ketat pada 2021.

"Dia adalah presiden yang pekerja keras. Warisannya akan bertahan selama kita masih hidup," kata Mohammad Hossein Zarrabi (28) seorang anggota milisi sukarelawan Basij di kota suci Qom yang dihuni warga Syiah.

Namun hanya ada sedikit retorika emosional yang menyertai kematian tokoh-tokoh yang dihormati publik, seperti Qasem Soleimani, seorang komandan senior Garda Revolusi elit Iran yang dibunuh oleh AS dengan rudal pada 2020 di Irak.

Bagi para penentang ulama Iran di dalam negeri dan di pengasingan, Raisi telah menjadi tokoh yang dibenci sejak tahun 1980-an ketika ia disalahkan karena memainkan peran utama sebagai ahli hukum dalam eksekusi para pembangkang.

Iran tidak pernah mengakui adanya eksekusi massal, Amnesty International mengatakan 5.000 warga Iran, atau mungkin lebih, dieksekusi pada dekade pertama setelah revolusi.

"Saya mengucapkan selamat kepada keluarga korban eksekusi tersebut," kata pengguna internet Soran Mansournia dalam forum online yang memperdebatkan warisan kematian Raisi.

Namun, Narges, pengguna lain, menyesali Raisi yang meninggal sebagai "kematian syahid".

Banyak warga Iran yang memperkirakan kematian Raisi tidak akan berdampak besar terhadap pemerintahan negaranya, karena pemerintah kemungkinan besar akan menggantikannya dengan tokoh lain yang memiliki pandangan garis keras serupa.

Baca juga: Joe Biden Kecam ICC karena Berupaya Menangkap PM Israel

"Siapa yang peduli. Satu kelompok garis keras mati, yang lain mengambil alih dan penderitaan kami terus berlanjut," kata Reza (47), seorang penjaga toko di kota gurun tengah Yazd yang tidak menyebutkan nama lengkapnya karena takut akan pembalasan.

"Kami terlalu sibuk dengan masalah ekonomi dan sosial sehingga tidak perlu khawatir dengan berita seperti itu," ungkap dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Bryan Sukidi, Siswa Indonesia Peraih Penghargaan Bakat Luar Biasa di AS

Bryan Sukidi, Siswa Indonesia Peraih Penghargaan Bakat Luar Biasa di AS

Global
Kekerasan Anak dalam Konflik Dunia Capai Tingkat Ekstrem, Khususnya Israel

Kekerasan Anak dalam Konflik Dunia Capai Tingkat Ekstrem, Khususnya Israel

Global
Invasi Rusia ke Ukraina Menimbulkan Emisi Karbon yang Besar

Invasi Rusia ke Ukraina Menimbulkan Emisi Karbon yang Besar

Internasional
Rangkuman Hari Ke-841 Serangan Rusia ke Ukraina: Komitmen Keamanan Biden-Zelensky | Bank Rusia Kehabisan Mata Uang Asing

Rangkuman Hari Ke-841 Serangan Rusia ke Ukraina: Komitmen Keamanan Biden-Zelensky | Bank Rusia Kehabisan Mata Uang Asing

Global
Tank-tank Israel Terus Menembus Rafah, Warga Palestina Tak Henti Melarikan Diri

Tank-tank Israel Terus Menembus Rafah, Warga Palestina Tak Henti Melarikan Diri

Global
Inilah Poin-poin Perdebatan dalam Negosiasi Gencatan Senjata Israel-Hamas

Inilah Poin-poin Perdebatan dalam Negosiasi Gencatan Senjata Israel-Hamas

Internasional
Tentara Israel Lakukan 5.698 Pelanggaran Berat pada Anak-anak

Tentara Israel Lakukan 5.698 Pelanggaran Berat pada Anak-anak

Global
Hezbollah Luncurkan Roket dan Drone Langsung ke Pangkalan Militer Israel

Hezbollah Luncurkan Roket dan Drone Langsung ke Pangkalan Militer Israel

Global
 [POPULER GLOBAL] 2.600 Polisi KTT G7 Berjejal Tidur di Kapal Rusak | Warga Gaza Bandingkan Kondisi dengan Hamas

[POPULER GLOBAL] 2.600 Polisi KTT G7 Berjejal Tidur di Kapal Rusak | Warga Gaza Bandingkan Kondisi dengan Hamas

Global
Isi Bantal Leher dengan Barang demi Hindari Biaya Bagasi, Penumpang Ini Dilarang Terbang

Isi Bantal Leher dengan Barang demi Hindari Biaya Bagasi, Penumpang Ini Dilarang Terbang

Global
Warga Gaza Kritik Pemimpin Hamas, Ingin Perang Segera Usai

Warga Gaza Kritik Pemimpin Hamas, Ingin Perang Segera Usai

Global
Wanita Jepang Siapkan Makan Sebulan untuk Suaminya Sebelum Melahirkan

Wanita Jepang Siapkan Makan Sebulan untuk Suaminya Sebelum Melahirkan

Global
Houthi Gunakan Drone Perahu untuk Serang Kapal Komersial

Houthi Gunakan Drone Perahu untuk Serang Kapal Komersial

Global
Tinggal 20 Persen Pohon Sehat di Jerman, Indonesia Bagaimana?

Tinggal 20 Persen Pohon Sehat di Jerman, Indonesia Bagaimana?

Global
Selesaikan Wajib Militer, Jin BTS Langsung Bawakan Hit KPop 'Dynamite'

Selesaikan Wajib Militer, Jin BTS Langsung Bawakan Hit KPop "Dynamite"

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com