Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Sita Pesawat Buatan Barat di Wilayahnya sebagai Balasan atas Sanksi Serangan ke Ukraina

Kompas.com - 15/03/2022, 13:15 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

MOSKWA, KOMPAS.com - Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani undang-undang yang akan memungkinkan maskapai penerbangan Rusia mengendalikan ratusan pesawat buatan Barat yang disewa dari perusahaan internasional, kantor berita Rusia TASS melaporkan pada Senin (14/3/2022).

Pesawat Jet tersebut akan ditambahkan ke daftar pesawat negara itu dan dikerahkan di rute domestik, menurut Reuters.

Baca juga: Lebih dari 40.000 Warga Suriah Mendaftar untuk Berperang bagi Rusia di Ukraina

Berita itu muncul setelah pulau Bermuda mencabut sertifikat kelaikan udara untuk lebih dari 700 pesawat sewaan di Rusia, yang mulai berlaku Sabtu (12/3/2022) malam.

Pertempuran antara Rusia dan perusahaan penyewa telah berlangsung sejak invasi ke Ukraina pada 24 Februari.

Uni Eropa memaksa perusahaan leasing pesawat membatalkan kontrak mereka dengan maskapai Rusia pada 28 Maret. Ini berarti pesawat asing tersebut harus dikembalikan ke pemiliknya.

Namun, otoritas dan maskapai penerbangan Rusia telah mempersulit tugas tersebut, termasuk penutupan wilayah udara dan larangan sebagian besar penerbangan internasional.

Sementara itu, sanksi Eropa dan AS telah memutus maskapai Rusia dari pembuat pesawat Airbus dan Boeing, yang memproduksi sebagian besar pesawat sewaan.

Baca juga: Momen Editor TV Pemerintah Rusia Menyela Siaran Medianya Sendiri Serukan Anti-perang

Itu berarti kedua perusahaan produsen pesawat Barat tidak dapat memberikan dukungan dalam bentuk pemeliharaan, suku cadang, atau pembaruan untuk mesin yang rumit. Ini dapat menimbulkan risiko bagi penumpang dan staf maskapai, menurut catatan Wall Street Journal.

Karena Boeing dan Airbus dilarang mengirimkan suku cadang ke Rusia, ini dapat memaksa maskapai penerbangan untuk beralih ke alternatif berisiko, seperti membeli pasokan yang tidak bersertifikat dari China atau "mengkanibal" suku cadang dari pesawat di darat, termasuk dari pesawat jet yang disewa di wilayahnya.

Menurut konsultan penerbangan Ishka, pesawat senilai 10 miliar dollar AS (Rp 143 triliun) “terdampar” di Rusia.

"Perusahan penyewa mungkin akhirnya harus menyatakan kehilangan (pesawat)," Nick Cunningham, seorang analis dari Agency Partners, mengatakan kepada Bloomberg.

Baca juga: Australia dan Belanda Menuntut Rusia atas Jatuhnya Malaysia Airlines MH17 pada 2014

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com