KOMPAS.com - Beredar narasi mengenai pembentukan kembali Selat Muria setelah banjir besar melanda Kabupaten Demak sejak Sabtu (16/3/2024).
Selat Muria merupakan selat yang pernah ada pada zaman Kerajaan Demak, menghubungkan antara Pulau Jawa dan Pulau Muria, serta menjadi salah satu kawasan perdagangan yang ramai.
Namun, sekitar tahun 1657, endapan-endapan sungai yang bermuara di Selat Muria perlahan mulai terbawa laut sehingga selat ini semakin dangkal dan akhirnya menghilang.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan bahwa banjir Demak dan Kudus bukan pertanda kemunculan kembali Selat Muria.
Peneliti Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Eko Soebowo menjelaskan, banjir di Demak murni disebabkan pengaruh alam, yakni kondisi cuaca ekstrem.
Sementara itu, menurut Dosen Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Salahuddin Husein, Selat Muria tidak akan terbentuk kembali dalam skala waktu manusia.
Sebab, proses geologi berupa erosi Lajur Perbukitan Kendeng dan Lajur Perbukitan Rembang oleh jejaring Sungai Tuntang, Sungai Serang, dan Sungai Juwana masih, berlangsung dan membawa sedimen yang tinggi.
Kondisi tersebut menyebabkan garis pantai di pesisir Demak maupun pesisir Juwana, Pati, Jawa Tengah, akan terus bergerak maju.
Menurut dia, pembentukan selat memerlukan proses geologis berupa pembentukan cekungan laut (sea-basin subsidence) yang membutuhkan waktu hingga jutaan tahun.
Simak penjelasan selengkapnya dalam infografik berikut ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.View this post on Instagram