KOMPAS.com - Konten dengan konteks keliru terkait konflik antara Israel dan Palestina membanjiri media sosial. Padahal kejernihan informasi saat situasi perang merupakan hal vital.
Namun, sejumlah konten menggunakan foto dan video di luar konteks untuk menyusun narasi yang dikaitkan dengan konflik di Gaza.
Ada cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui konteks asli dari konten yang beredar di media sosial.
Dilansir Washington Post, organisasi hak digital Palestina, 7amleh, mencatat ada 19.000 kasus ujaran kebencian dan hasutan kekerasan terhadap warga Palestina dalam bahasa Ibrani sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Direktur Inisiatif Media Literasi Digital MediaWise dari Poynter Institute, memaparkan tiga pertanyaan kunci agar terhindar jebakan hoaks, yaitu:
Untuk menjawab tiga pertanyaan tersebut, berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan.
Stanford History Education Group memperkenalkan metode lateral reading sebagai langkah untuk menghindari hoaks.
Metodenya, yakni memastikan kredibilitas sumber informasi. Jangan langsung memercayai informasi soal konflik Israel dan Palestina di media sosial.
Gunakan mesin pencari, seperti Google, Yandex, Bing dan sejenisnya, lalu ketik kata kunci dari informasi yang didapat di media sosial.
Buka beberapa situs web yang memberitakan kata kunci tersebut, lalu bandingkan seberapa kontras informasi di media sosial dan media kredibel.
Tidak ada yang bertanggung jawab atas sebaran informasi keliru di media sosial. Sementara, media kredibel mencantumkan sumber yang jelas dan dapat diandalkan, termasuk dalam memilih narasumber.
Ada banyak narasumber yang mengeklaim diri sebagai pakar geopolitik Timur Tengah. Mereka bicara banyak hal soal konflik di Gaza.
Namun, sebelum memercayai seluruh pernyataannya di media, penting untuk mengetahui nama lengkap, organisasi, afiliasi, sampai riwayat pendidikannya.
Rekam Jejak narasumber dapat membantu mengukur seberapa valid pendapatnya.
Konten hoaks yang beredar banyak memakai foto dan video dengan konteks keliru.
Meski konten di media sosial tampak meyakinkan, tetapi bisa jadi itu adalah materi lama atau peristiwa di lokasi berbeda.
Sejumlah platform mesin pencari telah menyediakan fitur reverse image search agar warganet mampu menelusuri konteks konten yang beredar di internet.
Misalnya, kita dapat memasukkan foto atau tangkapan layar video ke Google Lens dan Yandex Images untuk mengetahui rekam jejak konten yang beredar.
Cara lain untuk mengetahui kebenaran konten yang beredar di media sosial adalah mengeceknya melalui situs-situs pemeriksa fakta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.