Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokumenter Jadi Dasar Misinformasi 35.000 Veteran AS di Perang Teluk Meninggal akibat Vaksin Antraks

Kompas.com - 24/10/2022, 10:29 WIB
Tim Cek Fakta

Penulis

KOMPAS.com - Selama pandemi Covid-19, berbagai hoaks, disinformasi, serta misinformasi mengenai vaksinasi beredar di jagat maya. Kabar keliru itu muncul di media sosial, bahkan yang lebih pribadi yaitu masuk melalui pesan singkat di perangkat kita.

Tidak hanya mengenai vaksin Covid-19, sejumlah kabar bohong mengenai vaksinasi yang terjadi sebelum terjadinya pandemi akibat virus corona juga beredar.

Salah satunya adalah mengenai vaksin antraks. Adapun sebuah film dokumenter tentang Perang Teluk yang disutradarai oleh Scott Miller kerap digunakan untuk menguatkan narasi disinformasi terkait vaksinasi.

Film itu mengeklaim bahwa vaksin antraks membahayakan jiwa para tentara di Amerika Serikat. Disebutkan di dalam film itu bahwa 35.000 tentara yang menerima vaksin antraks saat Perang Teluk kemudian meninggal dunia akibat efek vaksin tersebut.

Film yang berjudul Vaccines Syndrome itu diluncurkan pada 17 Januari 2017. Film ini menjadi salah satu dokumenter dari sekumpulan film dalam program "Vaccines Revealed" yang tayang selama 10 hari pada Januari 2017.

Scott Miller juga sebelumnya telah menyutradari film sejenis, salah satunya A Soldier's Story: Fatal Immunity (2013).

Dilansir dari Snopes.com, film dokumenter Vaccines Syndrome menyebutkan bahwa kewajiban vaksin antraks terhadap para prajurit Amerika Serikat menyebabkan setidaknya 35.000 veteran AS meninggal akibat efek vaksin.

Namun, dokumenter itu merupakan disinformasi, sebab hingga saat ini tidak ada bukti yang mendukung pernyataan tersebut.

Berawal dari Perang Teluk 

Dilansir dari History.com, kabar ini bermula sejak terjadinya Perang Teluk antara 1990-1991, saat AS dan pasukan Sekutu berkonfrontasi dengan Irak yang berupaya menginvasi Kuwait.

Pada Februari 1991 Irak semakin terdesak. Sebagian tentara mereka tertangkap atau kabur, dan Amerika Serikat (AS) mengumumkan gencatan senjata.

Saddam Hussein yang sebelumnya mengeklaim telah menguasai Kuwait, akhirnya harus mengakui kedaulatan negeri kaya minyak bumi itu.

Vaksinasi antraks diberikan AS kepada para tentaranya untuk menghindari digunakannya serangan senjata biologi berupa virus antraks, yaitu B anthracis, dalam peperangan. 

Scott Miller kemudian mengaku membuat dokumentasi berdasarkan sumber riset Pemerintah AS yang terbit pada 2008, berjudul: "Gulf War Illness and the Health of Gulf War Veterans: Scientific Findings and Recommendations".

Laporan itu menjelaskan beberapa penyebab masalah kesehatan pada veteran Perang Teluk. Akan tetapi, tidak disebutkan adanya 35.000 orang meninggal dunia akibat efek samping setelah kewajiban menerima vaksin antraks.

Gulf War Illness atau Penyakit Perang Teluk merupakan kondisi kesehatan serius yang mempengaruhi setidaknya seperempat dari 697.000 veteran AS yang bertugas dalam perang itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[HOAKS] Bendera GAM Berkibar Setelah Prabowo Menang Sengketa Pilpres di MK

[HOAKS] Bendera GAM Berkibar Setelah Prabowo Menang Sengketa Pilpres di MK

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Momen Surya Paloh Cium Tangan Jokowi Sebelum Pilpres 2024

[VIDEO] Momen Surya Paloh Cium Tangan Jokowi Sebelum Pilpres 2024

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Anak di Jayapura Tidak Tertular Virus Misterius yang Menyebar Lewat Angin

[KLARIFIKASI] Anak di Jayapura Tidak Tertular Virus Misterius yang Menyebar Lewat Angin

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks, Video Jet Misterius Terlihat Dekat Israel

INFOGRAFIK: Hoaks, Video Jet Misterius Terlihat Dekat Israel

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Konteks Keliru, Jokowi Dinarasikan Mengancam Rakyat

INFOGRAFIK: Konteks Keliru, Jokowi Dinarasikan Mengancam Rakyat

Hoaks atau Fakta
Benarkah Israel Dukung Gencatan Senjata di Gaza?

Benarkah Israel Dukung Gencatan Senjata di Gaza?

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] The Simpsons Prediksi Pelepasan Nyamuk Wolbachia di Indonesia

[HOAKS] The Simpsons Prediksi Pelepasan Nyamuk Wolbachia di Indonesia

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Narasi Keliru soal Normalisasi Hubungan Indonesia dan Israel

[KLARIFIKASI] Narasi Keliru soal Normalisasi Hubungan Indonesia dan Israel

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Konsentrasi SO2 di Pulau Jawa Tidak Membahayakan

[KLARIFIKASI] Konsentrasi SO2 di Pulau Jawa Tidak Membahayakan

Hoaks atau Fakta
Beragam Hoaks Seputar Konflik Iran-Israel

Beragam Hoaks Seputar Konflik Iran-Israel

Hoaks atau Fakta
[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Megawati, Muhaimin, dan Surya Paloh Terjadi pada 2014

[KLARIFIKASI] Video Pertemuan Megawati, Muhaimin, dan Surya Paloh Terjadi pada 2014

Hoaks atau Fakta
[HOAKS] Uang Nasabah di Rekening BRI Hilang akibat Bansos Pemilu

[HOAKS] Uang Nasabah di Rekening BRI Hilang akibat Bansos Pemilu

Hoaks atau Fakta
[VIDEO] Bagaimana Cara Mendeteksi Gambar atau Foto Hasil Rekayasa AI?

[VIDEO] Bagaimana Cara Mendeteksi Gambar atau Foto Hasil Rekayasa AI?

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks Pesawat Jatuh di Perairan Selatan Nagakeo NTT, Simak Bantahannya

INFOGRAFIK: Hoaks Pesawat Jatuh di Perairan Selatan Nagakeo NTT, Simak Bantahannya

Hoaks atau Fakta
INFOGRAFIK: Hoaks, Sampul Majalah Forbes dengan Foto Ayatollah Ali Khamenei

INFOGRAFIK: Hoaks, Sampul Majalah Forbes dengan Foto Ayatollah Ali Khamenei

Hoaks atau Fakta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com