KOMPAS.com - Hubungan Indonesia dengan Malaysia dalam beberapa momen sering kali memanas. Meski bertetangga, namun aroma persaingan sangat lekat antara kedua negara tersebut.
Terlebih, hubungan Indonesia dan Malaysia sempat tegang dalam lintasan sejarah. Pada kurun waktu 1963-1966 terjadi konfrontasi yang cukup pelik.
Setelah lengsernya Soekarno dan meredanya aksi konfrontasi, hubungan kedua negara pun masih sering memanas.
Sejumlah peristiwa maupun pernyataan kontroversial tokoh publik sering kali menyulut emosi masyarakat antara kedua negara.
Baca juga: Hoaks Hubungan Indonesia-Malaysia, Jokowi Perintahkan Perang hingga Serangan TNI
Pada tahun ini misalnya, sejumlah masyarakat Indonesia sempat geram dengan pernyataan mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, yang mengklaim wilayah Kepulauan Riau masuk wilayah Malaysia.
Penangkapan dua orang yang diduga intelijen asal Malaysia pun semakin memperpanas keadaan.
Beragam komentar membanjiri media sosial menanggapi hal tersebut. Sejumlah informasi pun tak luput dibagikan, bahkan diketahui beberapa informasi tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Baca juga: [HOAKS] Jokowi Perintahkan Tembak di Tempat Dua Intelijen Malaysia
Pakar Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran (Unpad) Teuku Rezasyah mengatakan, Indonesia dan Malaysia merupakan saudara serumpun. Sehingga, meski dalam satu sisi bersaudara, namun pada sisi yang lain akan bersaing.
“Jadi sudah seperti El Clasico antara Real Madrid dengan Barca (Barcelona) itu. Dalam kondisi seperti itu terjadi saling lihat, teorinya namanya mirror image,” ujar Rezasyah Kepada Kompas.com, Sabtu (6/8/2022).
Dalam hubungan Indonesia dengan Malaysia, menurut dia, selama ini media massa ataupun media sosial lebih banyak mengangkat sisi sensasionalnya dibandingkan hubungan positif kedua negara tersebut.
Baca juga: [HOAKS] TNI Tingkatkan Serangan Jarak Jauh ke Malaysia