KOMPAS.com - Susy Susanti mengakui, sektor tunggal putri Indonesia sulit bersaing di level dunia. Lambatnya regenerasi membuat Indonesia kian tertinggal dari sejumlah negara Asia.
Legenda bulu tangkis Tanah Air ini tak menampik, kualitas tunggal putri Indonesia semakin jauh tertinggal.
Alhasil, bukan China, Jepang dan Korea SElatan yang menjadi musuh berat sekarang. Kini, ada India, Singapura dan Malaysia yang bisa menjadi bantu sandungan.
Baca juga: Susy Susanti Ingatkan Gregoria dkk Kerja Keras demi Raih Medali SEA Games 2021
"Di tunggal putri, banyak pemain tangguh dari Asia sehingga persaingan ketat. Kita harus bekerja ekstra kerasa untuk mendapat medali," ujar Susy, peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992.
Pernyataan ini muncul ketika Susy berbicara tentang peluang Indonesia dalam SEA Games dan Asian Games, seperti dikutip Antara dari laman Komite Olimpiade Indonesia, Minggu (24/4/2022).
Dalam kariernya, Susy merupakan tunggal putri tersukses di Indonesia. Tak cuma emas Olimpiade, Susy pun menjuarai sejumlah event bergengsi termasuk All England dan dia meraih delapan medali SEA Games.
Diakuinya, saat ini harus mewaspadai sembilan negara yang memiliki kekuatan bagus di sektor tunggal putri.
Selain China, Jepang dan Korea Selatan, yang memang tak pernah kehabisan stok tunggal putri, ada Taiwan, India, Hongkong, Singapura dan Malaysia.
Baca juga: Wawancara Eksklusif Susy Susanti, Bicara Peluang Indonesia hingga Gengsi All England
Selama ini, Indonesia hanya bertumpu kepada Gregoria Mariska Tunjung dalam kejuaraan besar. Padahal, prestasi Gregoria sangat tidak stabil lantaran sering tersingkir pada babak-babak awal.
Tengok saja hasil yang diraih tunggal putri terbaik Indonesia tersebut, setidaknya dalam tiga tahun terakhir. Menurut catatan BWF, capaian terbaik Gregoria adalah mendapai babak perempat final.
Sementara itu dalam Asian Games 2018 di Jakarta, pemain peringkat ke-29 dunia tersebut harus tersingkir pada babak kedua. Lalu pada SEA Games 2019 di Filipina, langkah Gregoria terhenti di perempat final.
Baca juga: Arti Olimpiade bagi Rexy Mainaky dan Susy Susanti
Menurut Susy, ada beberapa faktor yang membuat sektor tunggal putri belum bisa bersaing di level dunia. Regenerasi menjadi salah satu kendali, sehingga sektor ini belum sebaik tunggal dan ganda putra.
"Namun saya yakin PBSI sudah menyiapkan program pembinaan di semua sektor, tidak hanya putri. Kita harus bekerja keras untuk menelurkan atlet generasi mendatang dan mencatatkan prestasi," ujarnya.
Indonesia terakhir kali meraih emas sektor tunggal putri pada SEA Games 20113. Sedangkan emas Asian Games baru satu kali didapat ketika event itu berlangsung di Jakarta pada 1962.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.