Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Jenis Alergi Makanan yang Bisa Muncul Saat Dewasa

Kompas.com - 11/05/2024, 12:00 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ada empat jenis alergi makanan yang disebut bisa muncul saat dewasa.

 

Alergi makanan adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi setelah seseorang mengonsumsi makanan tertentu dan memicu terjadinya masalah kesehatan.

Dikutip dari New Zealand Herald, reaksi alergi yang terjadi saat dewasa dipicu oleh antibodi bernama imunoglobulin E (IgE).

Alergi makanan ini dapat menimbulkan gejala ringan hingga berat, seperti gatal, bengkak, sulit menelan, muntah, nyeri dada, detak jantung cepat, pusing, tekanan darah rendah atau anafilaksis, bahkan dapat mengancam nyawa.

Disebutkan bahwa jenis alergi makanan ini bisa muncul saat dewasa karena adanya pola makan atau gaya hidup yang berubah.

Lantas, apa saja jenis alergi makanan yang bisa muncul saat beranjak dewasa?

Baca juga: Kisah Wanita AS yang Punya Alergi Sperma dan Kondom, Keluhkan Sulitnya Punya Anak

4 jenis alergi makanan

Berikut setidaknya empat jenis alergi makanan yang muncul saat dewasa karena beragam pemicu:

1. Alergi makanan tunggal

Alergi ini bisa terjadi ketika seseorang mengonsumsi kerang, susu sapi, kacang tanah, dan ikan tertentu.

Meski begitu, alergi ini bisa muncul sejak masa kanak-kanak dan lebih mungkin bertahan hingga dewasa.

Penyebab dari munculnya alergi makanan pada orang dewasa ini bisa disebabkan oleh sistem kekebalan karena tubuh terlalu “bersih”.

Baca juga: Tanda-tanda Alergi Susu Sapi, Apa Saja?

2. Alergi daging kutu

Alergi daging kutu, dikenal juga sebagai sindrom alfa-gal atau alergi daging mamalia bisa muncul saat seseorang beranjak dewasa.

Hal ini terjadi karena adanya reaksi alergi terhadap galaktosa-alfa-1,3-galaktosa atau biasa disingkat dengan alfa-gal.

Alfa-gal diketahui mengandung molekul karbohidrat yang terikat pada molekul protein mamalia.

Alergi yang diperantarai IgE ini dipicu oleh kutu atau tungau yang telah menggigit mamalia, seperti domba, sapi, kelinci, dan sebagainya.

Sementara kutu juga menggigit manusia dan meninggalkan air liurnya, bisa memicu produksi antibodi terhadap alfa-gal.

Jika seseorang mengonsumsi makanan yang mengandung alfa-gal dari kutu ini, akan memicu adanya alergi.

Baca juga: Kisah Joanne Fan, Wanita Korsel yang Memiliki Alergi 37 Makanan

3. Alergi serbuk sari buah

Alergi serbuk sari buah atau dikenal juga sebagai sindrom alergi makanan serbuk sari ini bisa muncul pada orang dewasa.

Pada orang dewasa yang rentan, serbuk sari dari pohon memicu produksi antibodi IgE terhadap antigen dalam serbuk sari.

Serbuk sari pohon yang paling mungkin menyebabkan alergi adalah pohon cemara, lateks, rumput, cedar Jepang, dan ragweed.

Namun, antigen ini mirip dengan yang ditemukan pada beberapa buah, sayuran, dan rempah-rempah yang kemudian memicu alergi saat mengonsumsinya.

Sebab, serbuk sari dari pohon itu dapat bereaksi silang dengan buah dan sayuran, seperti kiwi, pisang, mangga, alpukat, anggur, seledri, wortel, dan kentang,

Serbuk sari juga akan bereaksi silang dengan beberapa rempah-rempah seperti jintan, ketumbar, adas, lada, dan paprika.

Baca juga: Gigitan Kutu Bisa Picu Alergi Daging Merah, Apa Gejalanya?

4. Alergi ketergantungan makanan dan disebabkan oleh olahraga

Alergi ini terjadi ketika seseorang memiliki ketergantungan terhadap makanan tertentu dan sedang rutin berolahraga.

Selama olahraga, lambung seseorang akan menghasilkan lebih sedikit asam dari biasanya dan penyerapan membran usus meningkat.

Hal itu berarti bahwa molekul kecil dalam usus lebih mungkin untuk keluar melintasi membran ke dalam darah, termasuk molekul makanan yang memicu reaksi IgE.

Jika seseorang sudah memiliki antibodi IgE terhadap makanan yang dikonsumsi sebelum berolahraga, risiko memicu reaksi alergi makanan pun meningkat.

Makanan pemicu tersebut seperti daging, telur, susu, anggur, kacang-kacangan, gandum, dan makanan laut yang mungkin dimakan berjam-jam sebelum berolahraga.

Lebih lanjut, gejala alergi ini akan lebih para bagi orang yang mengonsumsi obat inflamasi nonsteroid seperti aspirin, minum alkohol, atau kurang tidur.

Baca juga: Kisah Tessa Hansen-Smith yang Alergi Air: Tetes Hujan, Minuman, dan Air Mata Membuatnya Tersiksa

Pengobatan alergi

Dilansir dari Mayo Clinic, satu-satunya cara untuk menghindari reaksi alergi yakni dengan seseorang menghindari makanan pemicunya atau disebut sebagai alergen.

Namun, jika seseorang sudah terlanjur mengonsumsi makanan tersebut, bisa meminum antihistamin yang dijual bebas atau melalui resep dokter.

Meski begitu, obat ini hanya dapat membantu meredakan rasa gatal dan ruam, sehingga tidak bisa mengatasi reaksi alergi yang berat.

Untuk reaksi alergi yang berat, diperlukan penyuntikan epinefrin darurat dan segera dibawa ke rumah sakit.

Baca juga: Ruam Setelah Terkena Air Hujan, Alergi Dingin atau Alergi Air?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com