Memperkuat hal di atas, penerapan hukum haruslah menjadi prioritas utama, tanpa pandang bulu dalam menindak pelanggaran sosial. Kaidah semua sama di depan hukum, harus benar-benar hadir dan terlihat di masyarakat.
Kedua, penting untuk memahami bahwa aroganisme bukanlah gejala yang muncul secara spontan, tetapi sering kali dipicu oleh faktor-faktor sosial, ekonomi, dan politik yang kompleks.
Misalnya, ketidaksetaraan ekonomi yang signifikan dapat menciptakan kesenjangan antara individu atau kelompok, memunculkan sikap superioritas dan dominasi sebagai upaya untuk mempertahankan posisi yang dianggap lebih tinggi.
Selain itu, budaya korupsi yang meluas dalam struktur kekuasaan dapat merangsang perilaku aroganisme, di mana orang-orang yang berada di puncak hierarki merasa kebal terhadap hukum dan etika.
Ketiga, dalam konteks Indonesia, dinamika budaya dan tradisi sosial juga turut memengaruhi munculnya aroganisme.
Misalnya, adanya budaya hierarki yang kuat di masyarakat Indonesia dapat membuat seseorang merasa berhak untuk menunjukkan dominasi atas individu atau kelompok yang dianggap lebih rendah statusnya.
Selain itu, faktor-faktor seperti kekayaan materi, status sosial, dan kedudukan politik juga sering menjadi pemicu utama dalam perilaku arogan.
Keempat, penting untuk diingat bahwa aroganisme tidak hanya memiliki dampak pada tingkat individual, tetapi juga pada struktur sosial secara keseluruhan.
Perilaku arogan yang tidak ditindaklanjuti dengan tegas dapat memperkuat ketidaksetaraan dan menciptakan lingkungan yang tidak sehat bagi demokrasi dan keadilan sosial.
Ketika aroganisme menjadi semakin merajalela, hal ini dapat mengancam stabilitas sosial dan menghambat proses pembangunan yang berkelanjutan.
Kelima, karena itu penanganan terhadap aroganisme memerlukan pendekatan yang komprehensif dan terpadu.
Selain penerapan hukum yang tegas dan adil, perlu juga dilakukan upaya-upaya pencegahan melalui pendidikan dan kesadaran masyarakat.
Membangun budaya yang menghargai kerja sama, empati, dan rasa tanggung jawab sosial dapat menjadi langkah awal dalam mengatasi akar permasalahan aroganisme.
Keenam, penguatan institusi yang independen dan akuntabel juga penting untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan dan memastikan perlindungan bagi semua warga negara.
Pemerintah, lembaga masyarakat sipil, dan sektor swasta perlu bekerja sama dalam membangun sistem yang transparan dan akuntabel.
Dengan demikian, setiap individu merasa diperlakukan secara adil dan setiap pelanggaran terhadap norma sosial dan hukum bisa ditindak dengan cepat dan efektif.
Melalui kesadaran kolektif dan tindakan nyata, kita dapat menghadapi tantangan yang dihadirkan oleh fenomena aroganisme.
Perilaku arogan bukanlah ciri dari peradaban yang beradab, dan hanya dengan upaya bersama kita dapat mencegahnya merusak kesejahteraan sosial masyarakat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.