Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca dari Fenomena Rancaekek dan Jatinangor, Bagaimana Potensi Puting Beliung ke Depan?

Kompas.com - 23/02/2024, 18:00 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Fenomena cuaca ekstrem berupa puting beliung melanda Kecamatan Rancaekek dan Jatinangor, Provinsi Jawa Barat, pada Rabu (21/2/2024).

Sesuai dengan informasi yang beredar di media sosial, terlihat adanya fenomena angin kencang dan berputar di sekitar lokasi kejadian yang menimbulkan beberapa kerusakan di sekitarnya.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Staklim Jawa Barat Rakhmat Prasetia mengatakan, peristiwa tersebut terjadi pukul 15.30 WIB-16.00 WIB.

Kondisi tersebut menimbulkan dampak angin kencang hingga sekitar wilayah Jatinangor, di mana kondisi angin di sekitar Jatinangor pada saat jam kejadian terukur mencapai kecepatan 36.8 km/jam.

"Kondisi ini mengindikasikan adanya potensi hujan sangat lebat dengan disertai kilat atau petir dan angin kencang," ujarnya dikutip dari Kompas.com, Kamis (22/2/2024).

Lantas, bagaimana potensi angin puting beliung ke depannya di Indonesia?

Baca juga: BMKG: Daerah Berpotensi Angin Puting Beliung 22-25 Februari 2024 dan Upaya Mitigasinya


Potensi puting beliung di Indonesia

Puting beliung secara visual merupakan fenomena angin kencang yang bentuknya berputar kencang menyerupai belalai dan biasanya dapat menimbulkan kerusakan di sekitar lokasi kejadian.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, puting beliung terbentuk dari sistem awan Cumulonimbus (CB) yang memiliki karakteristik dapat menimbulkan cuaca ekstrem.

"Meskipun begitu, tidak semua awan CB dapat menyebabkan fenomena puting beliung, dan itu tergantung bagaimana kondisi labilitas atmosfernya," ujarnya dalam rilis yang diterima Kompas.com, Kamis (22/2/2024).

Kejadian angin puting beliung dapat terjadi dalam periode waktu yang singkat dengan durasi kejadian umumnya kurang dari 10 menit.

Guswanto mengungkapkan, secara umum prospek untuk terjadinya puting beliung dapat diidentifikasi secara general.

Pasalnya, fenomena puting beliung umumnya lebih sering terjadi pada periode peralihan musim, namun tidak menutup kemungkinan terjadi juga di periode musim hujan.

Guswanto menyampaikan, secara esensial fenomena puting beliung dan tornado memang merujuk pada fenomena alam yang memiliki beberapa kemiripan visual yaitu pusaran angin yang kuat, berbahaya, dan berpotensi merusak.

"Istilah tornado itu biasa dipakai di wilayah Amerika dan ketika intensitasnya meningkat lebih dahsyat dengan kecepatan angin hingga ratusan km/jam dengan dimensi yang sangat besar hingga puluhan kilometer sehingga dapat menimbulkan kerusakan yang luar biasa," jelasnya.

Sementara itu, di Indonesia, fenomena yang mirip dengan tornado tersebut diberi istilah puting beliung dengan karakteristik kecepatan angin dan dampak yang relatif tidak sekuat tornado besar yang terjadi di wilayah Amerika.

"Sehingga kami mengimbau bagi siapa pun yang berkepentingan, untuk tidak menggunakan istilah yang dapat menimbulkan kehebohan di masyarakat, cukuplah dengan menggunakan istilah yang sudah familiar di masyarakat Indonesia, sehingga masyarakat dapat memahaminya dengan lebih mudah," tegas Guswanto.

Baca juga: Beda Puting Beliung dan Tornado, Kenali Tanda-tanda Kemunculannya

Fenomena puting beliung di Indonesia

Saepuloh ketua RT 04 RW 04 Desa Nanjungmekar, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat saat dimintai keterangan pasca puting beliung yang melanda kediamannya, pada Rabu (21/2/2024) sore kemarinKOMPAS.COM/M. Elgana Mubarokah Saepuloh ketua RT 04 RW 04 Desa Nanjungmekar, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat saat dimintai keterangan pasca puting beliung yang melanda kediamannya, pada Rabu (21/2/2024) sore kemarin
Berdasarkan catatan BMKG, fenomena puting beliung pernah terjadi beberapa kali di wilayah Bandung, Jawa Barat, salah satunya pada 5 Juni 2023 yang terjadi di Desa Bojongmalaka, Desa Rancamanyar, dan Kelurahan Andir di Kecamatan Baleendah-Bandung.

"Berdasarkan informasi media, fenomena tersebut menimbulkan kerusakan pada bangunan rumah warga di mana sebanyak 110 rumah rusak di Bojongmalaka, 20 rumah rusak di Kelurahan Andir, dan 11 rumah rusak di Rancamayar," kata Guswanto.

Selain itu, pada Oktober 2023 juga pernah terjadi puting beliung di wilayah Bandung, tepatnya di Banjaran.

Kemudian di Desember 2023 terjadi di Ciparay serta menimbulkan beberapa kerusakan seperti bangunan rusak dan pohon tumbang.

"Bahkan di tahun 2024 tepatnya tanggal 18 Februari 2024, puting beliung terjadi juga di Parongpong Bandung Barat," ucap dia.

Baca juga: Penjelasan BMKG soal Puting Beliung Terjang Rancaekek dan Jatinangor, Jawa Barat

Wilayah yang berpotensi dilanda puting beliung

Guswanto mengatakan, pihaknya telah memonitor bahwa ada beberapa fenomena atmosfer yang terpantau masih cukup signifikan.

Fenomena yang dapat memicu peningkatan curah hujan yang disertai kilat atau angin kencang di wilayah Indonesia adalah:

  • Aktivitas monsun asia yang masih dominan
  • Aktivitas gelombang atmosfer di sekitar Indonesia bagian tengah dan timur
  • Serta terbentuknya pola belokan dan pertemuan angin yang memanjang di Indonesia bagian tengah dan selatan.

Beberapa wilayah juga masih berpotensi terjadi hujan sedang-lebat yang dapat berpotensi disertai pembentukan awan Cumulonimbus untuk periode 22-25 Februari 2024.

Beberapa wilayah itu meliputi:

  • Sumatera Utara
  • Sumatera Barat
  • Riau
  • Jambi
  • Bengkulu
  • Jambi
  • Sumatera Selatan
  • Lampung
  • Banten
  • Jawa Barat
  • Jawa Tengah
  • Jawa Timur
  • Bali
  • Nusa Tenggara Barat
  • Nusa Tenggara Timur
  • Kalimantan Barat
  • Kalimantan Tengah
  • Kalimantan Timur
  • Kalimantan Selatan
  • Sulawesi Utara
  • Gorontalo
  • Sulawesi Tengah
  • Sulawesi Selatan
  • Sulawesi Tenggara
  • Papua.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com