Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Seseorang Mengalami Halusinasi, Berikut Faktor-faktor Penyebabnya

Kompas.com - 05/12/2023, 16:15 WIB
Muhammad Zaenuddin

Penulis

KOMPAS.com - Halusinasi melibatkan persepsi rangsangan sensorik yang sebenarnya tidak ada. Misalnya, Anda mendengar suara atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada.

Mengalami halusinasi bisa jadi menakutkan atau membingungkan, baik bagi Anda yang mengalaminya maupun bagi orang yang yang ada di sekitar.

Dilansir dari laman Britannica, halusinasi adalah pengalaman seseorang mempersepsikan obyek atau peristiwa yang tidak mempunyai sumber eksternal.

Halusinasi berbeda dari ilusi, yang cenderung merupakan salah tafsir terhadap stimulus yang sebenarnya.

Halusinasi adalah pengalaman indrawi yang melibatkan penglihatan, pendengaran, merasakan, atau mencium sesuatu yang tidak ada.

Baca juga: Menonton TikTok dan Reels Berlebihan Sebabkan Halusinasi, Kok Bisa?


Mengapa seseorang berhalusinasi?

Teori umum mengenai mengapa seseorang mengalami halusinasi bertumpu pada dua asumsi mendasar.

1. Pengaruh pengalam hidup

Asumsi pertama menyatakan bahwa pengalaman hidup memengaruhi otak sedemikian rupa sehingga meninggalkan perubahan fisik (dalam otak) yang bertahan lama.

Hal ini disebut dengan jejak saraf, templat, atau engram. Ide dan gambaran dianggap berasal dari penggabungan dan aktivasi engram ini dalam sirkuit kompleks yang melibatkan sel saraf.

Sirkuit seperti itu di korteks (lapisan luar) otak tampaknya melayani neurofisiologi memori, pikiran, imajinasi, dan fantasi.

Sedangkan emosi yang terkait dengan fungsi intelektual dan persepsi dimediasi melalui koneksi korteks dengan bagian otak yang lebih dalam.

Sehingga memungkinkan interaksi dinamis antara persepsi dan emosi melalui transaksi yang muncul, sebagian besar terjadi pada tingkat bawah sadar.

Baca juga: Kecubung Picu Halusinasi, Kenapa Tidak Masuk Golongan Narkotika?

2. Pengaruh kepribadian manusia

Asumsi kedua menyatakan bahwa kepribadian manusia secara keseluruhan paling baik dipahami dalam kaitannya dengan interaksi kekuatan dari dalam dan dari luar individu.

Transaksi antara lingkungan dan individu dikatakan memberi pengaruh yang mengintegrasikan dan mengatur jejak memori yang disimpan dalam sistem saraf.

Juga memengaruhi pola-pola di mana engram sensorik diaktifkan untuk menghasilkan pengalaman fantasi, mimpi, atau halusinasi, serta emosi yang terkait dengan pola tersebut.

Jika keseimbangan yang terus berubah antara kekuatan lingkungan internal dan eksternal, pertimbangan fisiologis (misalnya fungsi otak) serta faktor budaya dan pengalaman muncul sebagai penentu utama isi dan makna halusinasi.

Baca juga: Apa Arti Mimpi Bertemu dengan Seseorang? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Halaman Berikutnya
Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com