Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Suara NU Kerap Diperebutkan Saat Pemilu?

Kompas.com - 05/09/2023, 18:30 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kurang dari setahun, Indonesia akan melangsungkan hajatan demokrasi lima tahunan, yakni Pemilu 2024.

Sejauh ini, sudah ada tiga bakal calon presiden yang dideklarasikan, yakni Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan.

Dari ketiganya, hanya Anies Baswedan yang sudah mengumumkan pendampingnya, yakni Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.

Deklarasi Anies-Muhaimin ini sempat ramai diperbincangkan, karena Anies sebelumnya digadang-gadang akan menggandeng Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

Berbagai pihak meyakini, keputusan Anies menggandeng Muhaimin adalah untuk merebut pemilih warga Nahdlatul Ulama (NU) yang menjadi basis suara PKB di Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Baca juga: Tarik-menarik NU, Akankah Cak Imin Mampu Rebut Suara Nahdliyin untuk Anies?

Bukan kali ini saja, suara NU beberapa kali juga diperebutkan dalam setiap pemilu.

Lantas, mengapa suara NU kerap diperebutkan?

Analis sosial politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubaedilah Badrun mengatakan, setidaknya ada tiga faktor yang membuat suara warga NU diperebutkan dalam pemilu.

Pertama, warga NU merupakan warga dengan jumlah entitas keanggotaan organisasi masyarakat Islam terbesar di Indonesia.

"Dengan besarnya keanggotaan NU ini memunculkan semacam keyakinan politik sebagai lumbung suara," kata Ubed kepada Kompas.com, Selasa (5/9/2023).

Kedua, warga NU memiliki semacam budaya politik yang bergantung pada pendapat ulamanya.

Baca juga: PBNU Bantah Anies-Cak Imin Dapat Restu dari Kiai NU

Kondisi ini membuat banyak partai meyakini bahwa NU mudah dimobilisasi oleh tokoh ulama yang jadi teladan.

Faktor terakhir adalah, warga NU relatif berpandangan keagamaan moderat dan toleran.

"Sehingga mudah menerima pandangan-pandangan politik baru atau adaptif," jelas dia.

Kendati demikian, capres atau cawapres yang berasal dari kalangan NU belum tentu menjadi jaminan pemenangan pemilu.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com