Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jemy Vestius Confido
Pengamat Hukum Teknologi dan Business Digital

SGM Telkom Corporate University - Dosen Hukum Telematika di Universitas Pelita Harapan

Perlunya "Transformative Law" untuk Mengantisipasi "Artificial Intelligence"

Kompas.com - 05/09/2023, 10:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

AKHIR-akhir ini, Artificial Intelligence (AI) tengah menjadi perbincangan luas di seluruh belahan dunia.

Bila tahun lalu masyarakat dunia sempat dikejutkan dengan rencana dari Meta (sebelumnya bernama Facebook) untuk membangun Metaverse yang memanfaatkan teknologi tiga dimensi (3D) didukung teknologi lainnya seperti data analytic dan blockchain, maka tahun ini dunia dibuat tercengang sekaligus khawatir dengan semakin meluasnya penggunaan dan perkembangan AI yang sudah memiliki kemampuan "generative AI".

Seperti biasanya, bila ada sesuatu yang baru dalam bidang teknologi, euforia muncul. Mulai dari hal-hal lucu seperti memprediksi wajah seseorang saat sudah tua nanti hingga hal-hal yang cukup serius seperti synthetic medical images yang berguna dalam penelitian medis.

Salah satu hype terhadap AI adalah tambahan investasi sebesar 10 miliar dollar AS dari Microsoft, perusahaan raksaksa teknologi (tech giant) untuk OpenAI, perusahaan start up yang bergerak dalam pengembangan AI.

Di balik harapan terhadap potensi dari AI, muncul juga sejumlah kekhawatiran. Film-film sci-fi yang sudah muncul sejak beberapa dekade lalu, seakan mulai menjadi kenyataan dan sekaligus memperingatkan kita agar lebih berhati-hati dengan teknologi AI.

Salah satu pertanyaan besar terkait AI adalah, akankah AI menjadi lebih pintar dari manusia dan kapan hal itu akan terjadi?

Konsep yang kemudian disebut dengan singularity ini dipopulerkan tahun 1993 oleh Vernor Vinge, seorang ahli matematika dan ilmu komputer. Ia memprediksi AI akan menyamai kecerdasan manusia pada 2030.

Sementara itu, futurist dan ahli komputer Ray Kurzweil memprediksi bahwa singularity baru akan terjadi pada 2045.

Perbedaan perkiraan waktu ini disebabkan berbagai aspek seperti perkembangan teknologi khususnya teknologi komputasi itu sendiri, termasuk hardware dan software-nya, perkembangan riset di bidang-bidang terkait AI, pemahaman terhadap AI, serta aspek-aspek lainnya seperti penerimaan dari masyarakat dan regulasi.

Fenomena "AI singularity" di mana AI sudah mencapai tahap "super AI" menimbulkan pro dan kontra dari para ahli.

Sebagian menanggapi positif bahwa singularity akan mempercepat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun sebagian lainnya juga menentang perkembangan AI karena kekhawatiran bahwa AI menjadi tidak terkendali dan hilangnya identitas manusia.

Terlepas dari perbedaan pandangan tersebut, para ahli sepakat bahwa "AI singularity" merupakan peristiwa yang complex dan uncertain.

Tidak ada cara yang bisa dilakukan untuk memprediksinya dan ada banyak perspektif mengenai implikasi dari singularity terhadap kehidupan manusia.

Kondisi future event dari "AI singularity" yang rumit dan penuh ketidakpastian perlu diantisipasi secara hukum dengan menggunakan pendekatan transformative law atau hukum transformatif.

Dalam kacamata hukum, terdapat dua fungsi utama, yaitu menjunjung tinggi ekspektasi normatif dan mentransformasi fenomena sosial.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Link Live Streaming Final Thomas dan Uber Cup 2024, Indonesia Vs China

Link Live Streaming Final Thomas dan Uber Cup 2024, Indonesia Vs China

Tren
Konsumsi Vitamin C Berlebihan Bisa Sebabkan Batu Ginjal, Ketahui Batas Amannya

Konsumsi Vitamin C Berlebihan Bisa Sebabkan Batu Ginjal, Ketahui Batas Amannya

Tren
Melestarikan Zimbabwe Raya

Melestarikan Zimbabwe Raya

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 5-6 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 5-6 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kronologi dan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis | Peluang Indonesia vs Guinea

[POPULER TREN] Kronologi dan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis | Peluang Indonesia vs Guinea

Tren
5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com