Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Anak Zaman Sekarang Curhat "Broken Home" Saat Diminta Cuci Piring, Ini Kata Psikolog

Kompas.com - 17/06/2023, 17:30 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Unggahan yang mempertanyakan mengapa mental anak zaman sekarang parah ramai di media sosial.

Unggahan itu diposting oleh akun Twitter ini pada Jumat (16/6/2023).

Dalam unggahan itu terdapat foto yang menunjukkan adik pengunggah menulis “Broken Home” di secarik kertas beserta sejumlah kalimat curhatan lainnya.

Disebutkan pengunggah bahwa sang adik menuliskan kalimat tersebut hanya karena disuruh mencuci piring.

Knp ya anak jaman skrg tuh mentalnya parah bgt? Adek gw perkara disuru nyuci piring aj begini wkwk. Gw rasa dia kebanyakan main tiktok deh hadeeeh gaabis piker untung ketauan nih makanya gw lg nasehain baik2,” tulis pengunggah.

Hingga Sabtu (17/6/2023), unggahan itu sudah dilihat lebih dari 4,6 juta dan mendapat lebih dari 42.900 likes.

Baca juga: Cara Mengatasi Anak yang Susah Makan, Resep dari Dokter Spesialis Anak

Penjelasan psikolog

Dosen psikologi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta Ratna Yunita Setiyani Subardjo mengatakan, anak zaman sekarang mempunyai persepsi seperti dalam unggahan karena paparan media sosial yang berlebihan dan tidak terkontrol.

Anak sangat mudah terpapar karena kemampuan anak-anak saat ini akrab dengan tekonologi dan media sosial, terlebih pemikirannya belum matang” kata Ratna kepada Kompas.com, Sabtu (17/6/2023).

Dalam psikologi, rentang umur anak adalah sampai 12 tahun yang disesuaikan dengan kerangka berpikirnya yang belum matang.

Menurut Ratna, paparan media sosial menjadikan anak melihat kapasitas dirinya bukan sebagai anak ketika dimintai untuk mengerjakan tugas rumah.

“Melainkan sebagai orang lain karena mereka tidak biasa untuk menjadi mandiri,” katanya.

Baca juga: Kecanduan Game, Anak 13 Tahun Habiskan Rp 950 Juta Tabungan Orangtua, Hanya Tersisa Rp 1.000

Ratna menjelaskan, jika tidak bersingungan dengan media sosial, justru mereka merasa kekurangan dari sesuatu yang tidak bisa dipenuhi.

“Ketika bermain media sosial, mereka akan melihat berbagai konteks yang menyebut bahwa anak yang tidak disayang itu seperti apa,” jelasnya.

Menurutnya, saat ini sumber info yang ada di media sosial tidak kredibel atau terukur sesuai penelitian.

“Karena pada dasarnya media sosial itu bertujuan untuk hiburan, maka anak pun akan mempersepsikan sendiri info tersebut tanpa adanya bimbingan orangtua,” ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com