Karya sastra pertama yang terbit sekitar 1870 masih dalam bentuk syair, hikayat dan terjemahan novel Barat. Sampai pada sastra anggkatan reformasi sekarang ini, bahkan sampai cybersastra.
Menurut saya, sesungguhnya tradisi literasi sudah ada jauh sebelum zaman Melayu Lama seperti ditemukannya Nagarakretagama, sebuah karya paduan sejarah dan sastra yang bermutu tinggi dari zaman Majapahit, gubahan pujangga Prapanca pada 1365, kini diakui sebagai Memori Dunia oleh UNESCO.
Naskah Nagarakretagama disimpan di Leiden. Pada saat kunjungan Ratu Juliana ke Indonesia pada 1973, naskah ini diserahkan kepada Republik Indonesia dan sempat disimpan oleh Ibu Tien Soeharto di rumahnya, dan akhirnya naskah disimpan di Perpustakaan Nasional RI.
Menurut Slamet Mulyana dalam bukunya "Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya," sebagai karya sastra Nagarakretagama mendudki tempat utama dalam kesusasteraan Jawa kuno.
Isinya bukan cerita tentang dewa-dewa atau khayalan seperti kebanyakan karya sastra lama, tetapi uraian tentang rentetan peristiwa dan deretan desa.
Terlebih apabila prasasti dianggap sebagai bukti tradisi literasi, maka sudah ada sejak abad 10 seperti prasasti Kamalagyan (1037), prasasti Pucangan (1041), prasasti Pamwatan dan Ganhakuti (1042) yang dibuat pada zaman Raja Erlangga. Bahkan mungkin ada yang lebih tua lagi seperti prasasti Bebetin yang dibuat pada 989.
Pada abad kesepuluh ini pun sudah ada Epik Mahabharata yang disadur kedalam bahasa Jawa kuno atas perintah raja Dharmwangsa Teguh Ananta Wikrama Utunggadewa.
Karya sastra lain berupa buku yang sangat terkenal dalam kebudayaan nusantara setelah Nagarakretagama adalah Serat Pararaton gubahan antara tahun 1478 dan 1486 tanpa diketahui nama penggubahnya.
Banyak juga karya-karya sastra Jawa kuna gubahan dari zaman Kediri, yang berdasarkan Mahabharata, di antaranya ialah Bharatayudha oleh Mpu Sedah dan Panuluh, Ghatotkacasraya oleh Mpu Panuluh, Hariwangsa oleh Mpu Panuluh, Arjuna Wiwaha oleh Mpu Kanwa, Kresnayana oleh Mpu Triguna.
Maju ke permulaaan abad kesebelas kita pun akan berjumpa dengan Arjuna Wiwaha gubahan Mpu Kanwa. Cerita tentang perkawinan antara Arjuna dan Dewi Suprabha, hadiah bhatara Guru kepada Arjuna setelah mengalahkan raja raksasa Nirwatakawaca
Mahakarya lain sebagai bukti sejarah budaya literasi masyakat Indonesia adalah dengan ditemukannya "La Galigo."
Bahkan ada yang menduga bahwa epik ini mungkin lebih tua dan ditulis sebelum epik Mahabharata dari India. Isinya sebagian terbesar berbentuk puisi yang ditulis dalam bahasa Bugis kuno.
Epik ini mengisahkan tentang Sawerigading, seorang pahlawan yang gagah berani dan juga perantau.
Menurut para ahli sejarah, La Galigo bukanlah teks sejarah karena isinya penuh dengan mitos dan peristiwa-peristiwa luar biasa.
Namun demikian, epik ini tetap memberikan gambaran kepada sejarawan mengenai kebudayaan Bugis sebelum abad ke-14. La Galigo juga sudah diakui sebagai Memori Dunia oleh UNESCO.