Stasiun itu kemudian tumbuh menjadi maskapai kereta api terbesar di antara 18 maskapai yang pernah beroperasi di Indonesia.
Kompleks Stasiun Samarang awalnya memiliki lima bangunan penting, yakni personenstation (stasiun penumpang), goederenstation (stasiun barang), vaart van het station (stasiun kanal), werkplaatsen (bengkel atau balai yasa), dan station chef (rumah dinas kepala stasiun).
Baca juga: Mengenal Gereja Sion, Gereja Tertua di Indonesia, Berdiri sejak 1693
Harian Kompas, 20 Maret 2009 mencatat, bangunan itu sudah tak berfungsi sejak Jepang masuk ke Indonesia.
Berdasarkan pengakuan warga setempat, bangunan bekas Stasiun Samarang sudah ditinggali warga sejak masa pendudukan Jepang.
"Stasiun ini sudah tidak difungsikan sejak Jepang masuk ke Indonesia. Makanya kemudian ditinggali oleh para pensiunan pegawai KA," kata seorang warga dan pensiunan pegawai KA bernama Ramelan.
Sementara itu, mantan kondektur kereta api bernama Masnohadi menyebut, bangunan Stasiun Samarang telah banyak dirombak sehingga hanya menyisakan sedikit ciri fisik sebuah stasiun.
Saat ini, kompleks perkeretaapian bersejarah itu jejaknya banyak yang hilang.
Penurunan permukaan tanah membuat kawasan kompleks Kemijen tergenang limpasan air laut pasang (rob) dan berubah jadi rawa.
Berdirinya Pelabuhan Tanjung Emas pada 1985 membuat kompleks bersejarah itu kerap dihantui banjir, dengan permukaan tanah yang terus menurun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.