KOMPAS.com - Nagoro yang terletak di Jepang, mungkin bisa masuk ke dalam daftar desa teraneh di dunia.
Anda bisa membayangkan mendaki gunung yang cukup tinggi, untuk kemudian menemukan desa kecil ini.
Terlihat ada sosok laki-laki yang memancing di sungai, tapi ternyata bukan manusia melainkan boneka.
Kemudian terlihat pula sosok anak-anak berkerumun di sebuah sekolahan, yang lagi-lagi ternyata bukan manusia, melainkan boneka.
Mengapa desa ini dipenuhi boneka dan bukan manusia?
Baca juga: Kota Terkecil di Dunia, Konon Katanya Dibangun oleh Raksasa yang Kekurangan Batu
Dilansir dari CNN, boneka-boneka di Nagoro adalah buatan dan gagasan dari Tsukimi Ayano, seorang penghobi kerajinan yang kembali ke desanya di tahun 2002 setelah tinggal di Osaka hampir sepanjang hidupnya.
Boneka yang dikategorikan mirip orang-orangan sawah ini awalnya dibuat Tsukimi untuk mencegah burung mencuri benih dari petak ladang keluarga.
Ia membuat boneka-boneka dari kapas kemudian meletakkannya di tengah-tengah ladang.
Dilansir dari Mishpacha, selama pulang kampung untuk merawat ayahnya yang renta, Tsukimi merasa kesepian. Meskipun kota tempat dia dibesarkan masih ada, namun sebagian besar penghuninya telah pergi.
Dari 300 penduduk yang awalnya meramaikan Nagaro, tinggal 30 orang saja yang masih tinggal di desa itu.
Agar tak kesepian, Tsukimi memutuskan untuk membuat boneka seukuran manusia yang terlihat seperti ayahnya dan menempatkannya di lapangan.
Baca juga: Apa Menu Keseharian Penduduk yang Tinggal di Kota Terdingin di Dunia?
Kemudian dia tergoda untuk membuat boneka lain yang mirip sosok penduduk yang pernah tinggal di sana ketika dia masih muda, dan mulai meletakkan boneka-boneka itu tepat di tempat orang-orang itu dulu sering berada.
Jadi kini di gedung sekolah yang sudah tutup, ruang kelasnya masih terlihat ramai, penuh dengan boneka yang mirip dengan anak-anak yang pernah belajar di sana.
Tukang roti, penjual bahan makanan, penjaja ikan, semuanya masih ada, dalam bentuk replika boneka.
Hingga kini sudah ada 350 boneka di sebuah desa yang, menurut perhitungan sensus pada tahun 2019, hanya memiliki 27 orang penduduk saja.