Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Apoptosis

Kompas.com - 24/12/2022, 08:35 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

ANDA tahu apa itu apoptosis? Hebat! Pasti Anda seorang jenius dengan wawasan pengetahuan luar biasa luas atau Anda seorang maha biokimialog sakti mandraguna kelas langit-langitnya langit.

Semula sudah barang tentu saya yang dangkal wawasan pengetahuan ini sama sekali tidak tahu-menahu tentang apoptosis sampai pada 2002 terberitakan bahwa Sydney Brenner, H. Robert Horvitz dan John Sulston menerima anugerah Nobel.

Nobel diberikan atas karya penelitian dan pengembangan mereka bertiga dalam mendeteksi gen yang diidentifikasi melalui studi terhadap nematoda C, elegans dan homolog yang mengendalikan sesuatu mekanisme sel di dalam tubuh mahluk hidup termasuk manusia yang disebut sebagai apoptosis.

Berarti dugaan semula saya bahwa apoptosis ada kaitan dengan pop-corn atau K-Pop adalah total keliru.

Ternyata ensiklopedia Britannica memaknakan apoptosis = a mechanism that allows cells to self-destruct when stimulated by the appropriate trigger.

Yang pertama mengulas prinsip apoptosis sebenarnya adalah Carl Vogt pada 1842, kemudian pada 1885, Walther Flemming mengembangkannya sebagai deskipsi proses kematian sel yang terprogram secara kodrati.

Pada 1965, John Kerr dengan menggunakan mikroskop elektronik mampu membedakan apoptosis dari kematian sel secara traumatik.

Kemudian Kerr diajak untuk bergabung dengan Alastair Currie dan Andrew Willyie untuk pada 1972, memublikasikan naskah ilmiah tentang fenomena kematian sel secara alami terprogram pada British Journal of Cancer.

Istilah apoptosis disarankan oleh profesor bahasa Yunani pada Universitas Aberdeen terinspirasi istilah bahasa Yunani kuno yang bermakna “kerontokan dedaunan” yang kemudian digunakan oleh Hipokrates untuk fenomena medis “kerontokan tulang belulang” yang dikembangkan Galen sebagai "the dropping of the scabs”.

Mekanisme apoptosis dapat disimak pada death receptor, perforin dan eksesusi pathway serta sitomorphologikal atersasi, fragmentasi DNA, altersasi membran serta deteksi apoptosis pada Whole Mounts yang antara lain memengaruhi metamoforsa cebong ke katak, sistem saraf manusia, endometrium, pembentukan jari jemari tangan dan kaki dan lain-lain, dan seterusnya terutama bermanfaat mendukung perjuangan manusia memerangi penyakit kanker.

Dari kisah wayang purwa dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya fungsi apoptosis mirip sukma-makna dengan kesaktian Pancasona yang diwarisi secara curang oleh Rahwana dari Subali.

Justru dari penelitian tentang kematian sel kodrati terprogram maka secara paradoks kontruktif dan positif, manusia justru mampu jika mau memetik hikmah kearifan tentang bagaimana cara mempertahankan kehidupan justru berdasar kesadaran terhadap yang disebut sebagai kematian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Teleskop Terbesar di Dunia, Ada yang Diameternya Mencapai 500 Meter

5 Teleskop Terbesar di Dunia, Ada yang Diameternya Mencapai 500 Meter

Tren
11 Tanda Seseorang Mengalami Demensia, Salah Satunya Melupakan Nama Teman Dekat

11 Tanda Seseorang Mengalami Demensia, Salah Satunya Melupakan Nama Teman Dekat

Tren
Ramai soal Menantu Anwar Usman Ditunjuk Jadi Direktur Pemasaran dan Operasi PT Patra Logistik, Pertamina: 'Track Record' Baik

Ramai soal Menantu Anwar Usman Ditunjuk Jadi Direktur Pemasaran dan Operasi PT Patra Logistik, Pertamina: "Track Record" Baik

Tren
Pertama Kali di Dunia, Hiu Macan Muntahkan Ekidna, Mamalia Berduri Mirip Landak

Pertama Kali di Dunia, Hiu Macan Muntahkan Ekidna, Mamalia Berduri Mirip Landak

Tren
Ramai soal Besaran Iuran BPJS Kesehatan Akan Disesuaikan dengan Gaji per Juli, Ini Faktanya

Ramai soal Besaran Iuran BPJS Kesehatan Akan Disesuaikan dengan Gaji per Juli, Ini Faktanya

Tren
Peneliti: Virus Covid-19 Dapat Bertahan dalam Sperma Selama Berbulan-bulan sejak Terinfeksi

Peneliti: Virus Covid-19 Dapat Bertahan dalam Sperma Selama Berbulan-bulan sejak Terinfeksi

Tren
Benarkah Air Tebu Akan Basi 15 Menit Setelah Diperas? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Benarkah Air Tebu Akan Basi 15 Menit Setelah Diperas? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Apakah BPJS Kesehatan Menanggung Biaya Pengobatan dan Cabut Gigi Bungsu?

Apakah BPJS Kesehatan Menanggung Biaya Pengobatan dan Cabut Gigi Bungsu?

Tren
Apa Itu Pupuk Kompos? Berikut Manfaatnya bagi Tanah dan Tanaman

Apa Itu Pupuk Kompos? Berikut Manfaatnya bagi Tanah dan Tanaman

Tren
Usai Menyesal, Menteri Basuki Klarifikasi Tapera Ditunda dan Bakal Lapor Jokowi

Usai Menyesal, Menteri Basuki Klarifikasi Tapera Ditunda dan Bakal Lapor Jokowi

Tren
Nasib Mahasiswa UM Palembang Pelaku Plagiat Skripsi, Gagal Wisuda dan Diskors

Nasib Mahasiswa UM Palembang Pelaku Plagiat Skripsi, Gagal Wisuda dan Diskors

Tren
Air Terjun di China Tuai Protes karena Mengalir dari Pipa Buatan Manusia

Air Terjun di China Tuai Protes karena Mengalir dari Pipa Buatan Manusia

Tren
Suntik KB pada Kucing Disebut Bisa Picu Kanker, Benarkah?

Suntik KB pada Kucing Disebut Bisa Picu Kanker, Benarkah?

Tren
Kemenhan Buka 25.258 Formasi CASN 2024 untuk PPPK dan CPNS, Ini Rinciannya

Kemenhan Buka 25.258 Formasi CASN 2024 untuk PPPK dan CPNS, Ini Rinciannya

Tren
Fitur, Manfaat, dan Cara Penggunaan Aplikasi Kawal Haji Kementerian Agama

Fitur, Manfaat, dan Cara Penggunaan Aplikasi Kawal Haji Kementerian Agama

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com