Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wahyu Suryodarsono
Tentara Nasional Indonesia

Indonesian Air Force Officer, and International Relations Enthusiast

Elektrifikasi di Bidang Pertahanan, Mungkinkah?

Kompas.com - 14/12/2022, 10:53 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Bahkan pada 2021, perusahaan teknologi Inggris QinetiQ, telah menjalin kemitraan dengan produsen otomotif Amerika AM General dalam mengembangkan sistem motor penggerak listrik hibrid untuk diintegrasikan ke dalam kendaraan militer multi-purpose Humvee mereka.

Menurut kedua perusahaan itu, kerjasama tersebut akan menjajaki berbagai teknologi elektrifikasi yang dapat dimanfaatkan untuk kendaraan militer berbasis darat. Hal ini diharapkan dapat mengoptimalisasi performa kendaraan dan melakukan dekarbonisasi pada tiap operasi militer yang dilakukannya.

Bagaimana di Indonesia?

Dalam merespon tren tersebut, Indonesia sebagai negara dengan kekuatan militer yang cukup besar saat ini tentunya juga tidak mau ketinggalan. Pada perhelatan Indo Defence Expo & Forum tahun 2022, salah satu perusahaan manufaktur alutsista yang terdaftar di Kementerian Pertahanan, PT Sentra Surya Ekajaya (SSE), menargetkan produksi kendaraan tempur bertenaga hibrid atau semi elektrik pada akhir 2023.

Perusahaan subholding dari PT Indo Pacific Communication and Defence (IPCD) itu menyampaikan bahwa hal tersebut merupakan salah satu upaya untuk menjawab tantangan zaman terkait dengan elektrifikasi kendaraan, tidak terkecuali bagi kendaraan atau alutsista untuk militer.

Tentunya pengembangan kendaraan ini di masa depan akan dilaksanakan secara bertahap, mulai dari hibrid hingga full electric.

Tidak ketinggalan, PT Pindad mulai melakukan hal yang sama pada 2021 dengan memperkenalkan produk MotoEV. Pindad mencoba mengembangkan produk MotoEV ini sebagai kendaraan multi-purpose sehingga bisa digunakan di segala medan secara maksimal baik di bidang pertahanan, industri, ataupun bidang-bidang lainnya yang membutuhkan mobilisasi cepat dengan efisiensi energi serta ramah lingkungan.

MotoEV adalah motor listrik dengan kekuatan 5 kW, menggunakan baterai lithium dengan waktu charging sekitar 3-4 jam, dan dapat menempuh jarak tempuh hingga 100 km dalam satu kali pengisian baterai, serta memiliki kecepatan maksimal hingga 120 km/jam.

PT Len Industri baru-baru ini juga turut membantu pengadaaan kendaraan listrik TNI AD, AL, dan AU untuk penggunaan taktis dengan menyediakan 6.000 unit sepeda motor listrik militer (electric tactical). Pasokan unit motor electric tactical dari PT Len Industri ini juga sebagai wujud komitmen Indonesia, melalui Kementerian Pertahanan, untuk mendorong kemandirian nasional melalui sektor industri pertahanan.

Dengan semakin meluasnya tren elektrifikasi, tidak hanya pada bidang otomotif tetapi juga pertahanan, dapat dipastikan bahwa dunia akan semakin dekat dengan berbagai teknologi ramah lingkungan di berbagai bidang. Kalkulasi dan strategi dalam pemanfaatan teknologi elektrifikasi di bidang pertahanan pun mutlak untuk diperhitungkan, mengingat sumber daya dan kelangsungan operasional pertahanan Indonesia juga tergantung pada non-renewable resources, seperti energi minyak bumi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Fakta Kasus Mobil Mewah Pakai Pelat Dinas Palsu DPR, Seret Pengacara Berinisial HI

5 Fakta Kasus Mobil Mewah Pakai Pelat Dinas Palsu DPR, Seret Pengacara Berinisial HI

Tren
Beli Elpiji Wajib Pakai KTP, Pertamina: Masyarakat yang Belum Daftar Masih Dilayani

Beli Elpiji Wajib Pakai KTP, Pertamina: Masyarakat yang Belum Daftar Masih Dilayani

Tren
Kata PBB, Uni Eropa, Hamas, dan Israel soal Usulan Gencatan Senjata di Gaza

Kata PBB, Uni Eropa, Hamas, dan Israel soal Usulan Gencatan Senjata di Gaza

Tren
Beda Kemenag dan MUI soal Ucapan Salam Lintas Agama

Beda Kemenag dan MUI soal Ucapan Salam Lintas Agama

Tren
Orang dengan Gangguan Kesehatan Ini Sebaiknya Tidak Minum Air Kelapa Muda

Orang dengan Gangguan Kesehatan Ini Sebaiknya Tidak Minum Air Kelapa Muda

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Juni 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Harga BBM Pertamina per 1 Juni 2024, Asal-usul Kata Duit

[POPULER TREN] Harga BBM Pertamina per 1 Juni 2024, Asal-usul Kata Duit

Tren
Bagaimana Cahaya di Tubuh Kunang-kunang Dihasilkan? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Bagaimana Cahaya di Tubuh Kunang-kunang Dihasilkan? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Tren
Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Tren
Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tren
Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Tren
Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Tren
Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Tren
Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Tren
Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com