Kebutuhan pada dasarnya adalah sesuatu yang mungkin selalu bisa dipenuhi oleh subjek. Namun dalam perjalanannya, hadir tuntutan yang merupakan harapan atau keinginan yang tak pernah bisa terpenuhi.
Hal ini muncul karena pemikiran subjek telah dipengaruhi kondisi eksternalnya. Subjek bercermin dari yang lain lalu menuntut bisa seperti yang lain itu.
Hasrat timbul karena tuntutan yang tak pernah terpenuhi. Ada kekosongan antara kebutuhan dan tuntutan sehingga subjek akan terus berupaya memenuhinya. Subjek menjadi gelisah karena ada hal yang hilang yang tak bisa diraih.
Faruk (2012) menyebut psikoanalisis Lacan menempatkan alam bawah sadar subjek selalu merasa ada yang hilang, kurang, sehingga berupaya terus-menerus memenuhinya, menutupinya, dan melengkapinya.
Agar hasrat terjaga, maka ditopang oleh fantasi. Fantasi membantu subjek memproyeksikan apa yang ia cari di tengah situasi pencarian yang tak pernah tuntas.
Dengan kata lain, karena pemenuhan tuntutan tak pernah selesai, hasrat harus terus dijaga oleh fantasi.
Ranah simbolik (konteks di luar subjek) melalui bahasa akan terus-menerus berupaya menjebak manusia agar selalu berupaya memenuhi tuntutannya yang tak pernah bisa tercapai.
Situasi di mana subjek telah masuk dalam ranah simbolik disebut kastrasi (pengebirian), kesadaran subjek telah terenggut.
Hasrat apa yang bisa membuat orang menjadi korban kejahatan siber sehingga uangnya terkuras? Adalah hasrat menjadi kaya.
Hasrat harus selalu untung, agar tidak rugi, agar bisa menjadi kaya dan lebih kaya lagi. Jangan sampai keuntungan berkurang sehingga upaya mengejar kekayaan menjadi terhambat.
Hasrat ini muncul karena subjek merasa materi yang sudah didapatnya tidaklah cukup, selalu kurang. Dalam situasi itu, subjek bercermin pada mereka yang menunjukkan kekayaannya (liyan).
Tuntutan menjadi kaya lalu terbentuk dan diperkuat oleh tekanan simbolik di luar dirinya (struktur sosial).
Subjek dijejali dengan berbagai informasi dari media massa, media sosial, sekolah, influencer, konsultan investasi, lembaga ekonomi baik swasta maupun negara dan sebagainya agar mengejar kekayaan, menabung, dan menyimpan kekayaannya di bank demi kebahagiaan di masa depan.
Subjek mengalami kastrasi. Di balik itu semua, kapitalismelah yang berperan penting.
Sayangnya, informasi tandingan berupa literasi keamanan digital selalu datang terlambat dan kurang masif. Kalaupun ada, modus kejahatan telah berubah. Di sisi lain, subjek yang mengalami kastrasi terlena.