Namun, ada masalah lingkungan yang perlu ditangani, seperti emisi CO2 yang lebih tinggi yang timbul dari penggunaan listrik berbasis batu bara dan pembuangan tailing (limbah nikel) ke laut, sehingga menjadi ancaman bagi masyarakat pesisir.
Sementara fasilitas pengelolaan tailing masih banyak berbasis darat, penempatan tailing laut dalam sedang dipertimbangkan sebagai pilihan di Indonesia karena kondisi geografis negara yang unik (misalnya curah hujan yang tinggi dan aktivitas seismik yang sering) dan biayanya yang lebih rendah.
Namun, penempatan tailing di laut dalam menimbulkan kekhawatiran terhadap lingkungan laut. Pengolahan tailing yang ekonomis dan berkelanjutan akan tetap menjadi tantangan utama bagi proyek-proyek HPAL di Indonesia.
Jika semua proyek HPAL yang direncanakan di Indonesia berjalan dengan lancar dan sesuai prinsip ESG (Environmental, Social, and [Corporate] Governance), itu akan memberikan volume pasokan nikel kelas 1 yang cukup besar, mengurangi tekanan pada harga nikel dalam jangka menengah.
Beberapa opsi tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan produk kelas 1 jika terjadi kegagalan atau penundaan, tetapi semua opsi memiliki beberapa kekurangan dan akan membutuhkan harga yang lebih tinggi untuk mewujudkannya.
Mengingat tidak ada daftar panjang proyek di luar Indonesia, kemajuan di Indonesia akan menjadi kunci pasokan nikel untuk baterai di masa depan, setidaknya dalam waktu dekat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.