Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Menerawang Nasib Kata Nyinyir

Kompas.com - 27/09/2022, 06:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DI DALAM bahasa ternyata metamoforsa juga terjadi pada pemaknaan kata dan/atau istilah.

Setelah canggih, konsumerisme, seronok, radikal, graha kini muncul korban baru penggunaan istilah secara keliru, namun karena dianggap benar maka yang keliru malah kaprah diyakini sebagai yang benar.

Korban terbaru kekeliruan yang dikaprahkan sehingga bermetamoforsa menjadi kebenaran itu adalah kata “nyinyir”.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia makna kata “nyinyir” adalah mengulang-ulang perintah atau permintaan; nyenyeh; cerewet (nenekku kadang- kadang nyinyir, bosan aku mendengarkannya).

Namun entah bagaimana, kenapa, kapan dan oleh siapa istilah “nyinyir” digunakan dalam makna yang beda dari pemaknaan leksikal oleh KBBI terutama di khasanah medsos oleh para warga net.

Karena alam maya memberikan kemerdekaan demokratis bagi siapa saja untuk menulis pendapatnya termasuk pendapat tentang semantika maka setiap orang bisa dan boleh membuat makna sesuai kehendak diri masing-masing.

Maka bermunculanlah makna “nyinyir” dalam beranekaragam versi secara “semau gue lu mau apa”.

Mendadak kata “nyinyir” bisa bermakna sinonim dengan kritik seperti penggunaan dalam kalimat “para ekonom nyinyir terhadap laporan BPS”. Atau “sinis” dalam kalimat “ucapannya selalu bernada nyinyir“.

Atau “dirongrong” seperti dalam kalimat “sang suami memar dinyinyirin sang istri” atau “rongrongan” seperti dalam kalimat “nyinyiran para pendengung sangat mengganggu seperti dengungan lebah”.

Menarik adalah menanti bagaimana sikap KBBI terhadap pemaknaan baru bikinan warga net terhadap kata “nyinyir”.

Apakah KBBI akan tetap konsisten bertahan pada fitrah pemaknaan semula atau bersikap inkonsisten maka mendua atau mentiga dan selanjutnya demi mengikuti pemaknaan berdasar kehendak serta selera masyarakat medsos.

Telah terbukti inkosistensi dilakukan KBBI terhadap kata “canggih” dan terminologi “konsumerisme” sehingga di KBBI kedua kata/istilah itu memiliki makna lebih dari satu yang saling beda satu dengan lainnya akibat gelora kreatifitas masyarakat bikin makna sendiri.

Atau akan mengagumkan seperti telah terbukti betapa konsisten KBBI gigih bertahan dalam memaknai kata “seronok” dalam arti positif meski ada anggota masyarakat yang lebih gemar menggunakan kata “seronok” dalam arti negatif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[POPULER TREN] Kronologi dan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis | Peluang Indonesia vs Guinea

[POPULER TREN] Kronologi dan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis | Peluang Indonesia vs Guinea

Tren
5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com