Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wahyu Suryodarsono
Tentara Nasional Indonesia

Indonesian Air Force Officer, and International Relations Enthusiast

Becermin dari Sejarah Aliansi Ulama dan Penguasa

Kompas.com - 20/08/2022, 13:22 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pengaruh negara lewat militer yang kuat justru mengontrol penerimaan pajak tanah dan pertanian, yang pada akhirnya melemahkan posisi petani dan pedagang pada zaman itu. Madrasah-madrasah yang didirikan banyak menghasilkan ulama-ulama, yang akhirnya digunakan bersama para sultan menekan pengaruh ulama lain yang berbeda aliran.

Hal inilah yang menjadi bukti semakin terpinggirnya kaum intelektual dan pedagang pasca menguatnya aliansi ulama dan penguasa.

Kedua, aliansi ulama dan penguasa melemahkan demokrasi dan menyuburkan praktik-praktik otoritarianisme. Pelemahan demokrasi ini dapat ditelaah dari kondisi kaum intelektual di negara-negara Islam saat ini yang banyak mengalami tekanan politik.

Tidak hanya masjid, otoritas negara mayoritas muslim saat ini banyak mengontrol madrasah maupun lembaga pendidikan lain yang berbasis agama.

Di Turki misalnya, terdapat lebih dari 100.000 masjid yang dikontrol negara. Imam masjid setiap jumatnya hanya dapat menyampaikan khotbah yang teksnya berasal dari otoritas negaranya. Para imam masjid dibatasi ruangnya untuk menyampaikan ajaran alternatif yang mereka percayai.

Di Mesir, sebagian besar masjidnya dikuasai negara. Rektor Universitas Al-Azhar dan pimpinan sekolah-sekolah keagamaan di Mesir sebagian besar adalah ilmuwan sekaligus politisi yang ditunjuk negara, sehingga melemahkan pemikiran kritis para akademisinya.

Di Pakistan, pasal hukum terkait penistaan agama banyak dimanfaatkan untuk memberangus kebebasan berekspresi individu.

Di Iran, berbagai lembaga negara banyak yang dipimpin oleh para mullah (gelar untuk ulama pemimpin). Tentunya, hal-hal tersebut mencerminkan kemunduran demokrasi akibat aliansi ulama dan penguasa, karena agama hanya sekedar dijadikan alat untuk melanggengkan tujuan politik tertentu.

Para politisi ataupun ulama yang menjabat di pemerintahan akan cenderung lebih sulit dikritik, karena disakralkan oleh aturan-aturan agama. Kritikus dapat dilabeli penganut agama yang menyimpang, dikambinghitamkan, bahkan murtad atau kafir.

Ketiga, adanya potensi bagi ulama dan ajaran agama untuk dapat dijadikan sebagai alat justifikasi tindakan penguasa. Pada sekitar abad ke-11, ketika ulama ingin menjustifikasi tindakan penguasa, mereka menggunakan pepatah kaum sasaniyah yang menyatakan bahwa agama dan negara adalah sesuatu yang kembar.

Agama adalah fondasinya, sedangkan negara adalah pelindungnya. Tanpa keduanya, dunia tentu akan hancur. Pepatah ini terus diulang-ulang hingga terkesan seperti hadis dan menjadikan banyak orang percaya bahwa negara dan agama adalah satu kesatuan, padahal tidak demikian.

Hal ini diperparah dengan tafsir keliru terhadap Al Quran yang menganggap muslim harus tunduk pada umara (penguasa), dan akhirnya terkesan seperti perintah agama. Bahkan Ghazali, seorang tokoh intelektual pembuat konsep aliansi ulama-negara itu sendiri, pernah menyerukan bagi muslim untuk berhati-hati dalam memilih pemimpin zalim dan penguasa korup yang cenderung dapat menggunakan metode justifikasi seperti ini.

Sebenarnya, bangsa Indonesia dapat merefleksikan berbagai akibat dari aliansi ulama dan penguasa yang telah terjadi di zaman dahulu, dengan tetap mengedepankan keadilan ataupun pengaruh yang sama di antara berbagai kelas di masyarakat.

Penulis tidak pada posisi mendukung adanya sekularisme. Namun, hal ini semata-mata hanya untuk mencegah dominannya pengaruh pemuka agama dalam lingkup kekuasaan, dan lebih berperan dalam membangun peradaban masyarakat yang bermoral baik.

Kaum intelektual dan penggerak ekonomi harus diberikan ruang lebih. Patut disyukuri bahwa aliansi antara ulama dan penguasa maupun politik rente sumber daya alam (seperti minyak di Timur Tengah) tidak terlalu menjadi permasalahan yang dominan di Indonesia.

Masyarakat harus dapat menonjolkan Islam di Indonesia sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta sekaligus menjaga harmoni dalam keberagaman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Usai Gelar Pesta Pranikah Mewah Anaknya, Mukesh Ambani Tak Lagi Jadi Orang Terkaya Asia

Usai Gelar Pesta Pranikah Mewah Anaknya, Mukesh Ambani Tak Lagi Jadi Orang Terkaya Asia

Tren
Jalan Kaki 30 Menit Membakar Berapa Kalori?

Jalan Kaki 30 Menit Membakar Berapa Kalori?

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 3-4 Juni 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 3-4 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 2-3 Juni | Orang dengan Gangguan Kesehatan Tertentu yang Tak Dianjurkan Minum Air Kelapa

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 2-3 Juni | Orang dengan Gangguan Kesehatan Tertentu yang Tak Dianjurkan Minum Air Kelapa

Tren
Amankah Tidur dengan Posisi Kepala, Badan, dan Kaki Tidak Sejajar?

Amankah Tidur dengan Posisi Kepala, Badan, dan Kaki Tidak Sejajar?

Tren
Parade 6 Planet 3 Juni 2024, Bisa Dilihat Jam Berapa?

Parade 6 Planet 3 Juni 2024, Bisa Dilihat Jam Berapa?

Tren
Kemenag Siapkan 300 Kuota Jemaah Haji untuk Ikuti Safari Wukuf

Kemenag Siapkan 300 Kuota Jemaah Haji untuk Ikuti Safari Wukuf

Tren
Produk yang Tidak Harus Menyertakan Sertifikasi Halal, Apa Saja?

Produk yang Tidak Harus Menyertakan Sertifikasi Halal, Apa Saja?

Tren
Kisah Penerjunan Kucing dengan Parasut, Berjasa Basmi Tikus di Kalimantan

Kisah Penerjunan Kucing dengan Parasut, Berjasa Basmi Tikus di Kalimantan

Tren
Sepanjang Mei, Ada 4 Aturan Baru Pemerintah yang Tuai Kegaduhan Publik

Sepanjang Mei, Ada 4 Aturan Baru Pemerintah yang Tuai Kegaduhan Publik

Tren
Cincin Emas Berusia 2.300 Tahun Ditemukan di Tempat Parkir Yerusalem

Cincin Emas Berusia 2.300 Tahun Ditemukan di Tempat Parkir Yerusalem

Tren
Daftar Ormas Keagamaan yang Kini Bisa Kelola Lahan Tambang Indonesia

Daftar Ormas Keagamaan yang Kini Bisa Kelola Lahan Tambang Indonesia

Tren
Buku Karya Arthur Conan Doyle di Perpustakaan Finlandia Baru Dikembalikan setelah 84 Tahun Dipinjam, Kok Bisa?

Buku Karya Arthur Conan Doyle di Perpustakaan Finlandia Baru Dikembalikan setelah 84 Tahun Dipinjam, Kok Bisa?

Tren
8 Fenomena Astronomi Sepanjang Juni 2024, Ada Parade Planet dan Strawberry Moon

8 Fenomena Astronomi Sepanjang Juni 2024, Ada Parade Planet dan Strawberry Moon

Tren
4 Provinsi Gelar Pemutihan Pajak Kendaraan Juni 2024, Catat Jadwalnya

4 Provinsi Gelar Pemutihan Pajak Kendaraan Juni 2024, Catat Jadwalnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com