Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Miliki Gejala Serupa, Ini Perbedaan Selesma, Flu, dan Covid-19

Kompas.com - 13/05/2022, 07:00 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pasca-perayaan hari raya Idul Fitri, tak sedikit yang mengalami gangguan kesehatan, seperti pilek dan batuk, terutama anak-anak.

Orang tua pun dibuat khawatir dengan kondisi anak yang tampak tersiksa karena batuk dan hidung tersumbat.

Batuk dan pilek sesungguhnya merupakan kondisi yang sudah sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Keduanya biasanya menjadi pertanda bahwa seseorang tengah mengalami kondisi atau infeksi tertentu.

Batuk dan pilek bisa menunjukkan bahwa seorang anak tengah terjangkit selesma  atau common cold, influenza, ataupun Covid-19.

Ketiganya memiliki gejala yang hampir serupa, tetapi berbeda. Bagaimana cara membedakan dan menanganinya?

Baca juga: Jangan Salah Lagi, Batuk Pilek Bukan Flu tetapi Selesma

Selesma

Dokter spesialis anak di RSUD Pasar Rebo dr. Arifianto Sp.A (K) yang aktif memberikan edukasi kesehatan anak melalui menjelaskan, ada lebih dari 100 jenis virus yang bisa menyebabkan selesma.

Misalnya, Rinovirus dengan berbagai tipe, Coronavirus (selain penyebab Covid-19), Adenovirus, dan lainnya.

Banyaknya jenis virus ini membuat Selesma tidak memiliki anti-virus sebagaimana flu yang disebabkan oleh jenis virus spesifik seperti influenza.

Kabar baiknya, selesma bersifat ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya seiring meningkatnya daya tahan tubuh si anak.

Pada anak-anak, selesma bisa menjangkit 12 kali dalam 1 tahun.

Kendati demikian, dr. Arifianto menegaskan, tidak ada obat untuk selesma. Pada anak yang rewel akibat selesma, orang tua hanya perlu sabar dan telaten menggendongnya.

Antibiotik yang didesain untuk mengatasi penyakit akibat bakteri tidak akan menyembuhkan selesma yang merupakan buah dari infeksi virus.

Jadi, tidak perlu memberikan obat batuk atau obat pilek pada anak yang menderita selesma.

"Lalu anaknya dibiarkan saja, sampai sembuh sendiri? Ya tidak juga! Kita tetap memastikan anak tidak dehidrasi dengan terus memberikan minum. Kita melakukan observasi untuk memantau ada tidaknya tanda-tanda kegawatan lain seperti sesak napas," jelas dr. Arifianto, dilansir dari Instagram @dokterapin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com