Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dandi Supriadi, MA (SUT), PhD,
Dosen Jurnalistik

Kepala Kantor Komunikasi Publik Universtas Padjadjaran. Dosen Program Studi Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad. Selain minatnya di bidang Jurnalisme Digital, lulusan pendidikan S3 bidang jurnalistik di University of Gloucestershire, Inggris ini juga merupakan staf peneliti Pusat Studi Komunikasi Lingkungan Unpad.

Makhluk Apakah Jurnalisme Digital Itu?

Kompas.com - 09/04/2022, 08:32 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dalam jurnalisme digital, media sosial berfungsi untuk mengumpulkan informasi dan memverifikasi sumber informasi.

Deuze juga menyejajarkan jurnalisme digital dengan penyampaian kisah (storytelling) informasi melalui penggunaan perangkat digital dan penggabungan saluran atau platform.

Jurnalisme digital juga dapat diartikan dengan melihat pola aktivitas jurnalisme setelah kemunculan teknologi digital.

Malik dan Shapiro (2017) menyebutkan beberapa pola yang dapat mengidentifikasi keberadaan jurnalisme digital.

Pertama adalah adanya interaktivitas antara produsen dengan khalayak. Kedua, terciptanya kolaborasi antara wartawan lapangan dan penulis beritanya.

Ketiga, ada publikasi yang konvergen sebagai konsekuensi dari penggunaan multimedia.

Keempat, ada impact yang lebih terasa sebagai hasil pola penyebaran konten yang lebih global, yaitu melalui jaringan internet.

Dari beberapa pengertian di atas, keberadaan jurnalisme digital tidak dilepaskan dari adanya saluran distribusi yang dapat menjangkau khalayak dengan luas serta memungkinkan tumbuhnya berbagai alternatif platform di dalamnya.

Saluran tersebut adalah jaringan internet. B. Franklin dan S. Eldridge dalam studinya di tahun 2017 menemukan kecenderungan perusahaan media yang bergerak ke arah diseminasi informasi secara multiplatform melalui jejaring internet.

Dapat dilihat dengan bervariasinya konten yang ada dalam situsnya, yang merupakan gabungan pemakaian berbagai medium informasi seperti blog, video digital, podcast dan galeri foto.

Dapat disimpulkan bahwa pengertian jurnalisme digital adalah kegiatan jurnalisme yang menggunakan berbagai sumber daya digital dalam proses pencarian, pengumpulan, penulisan, dan pendistribusian informasi, serta memanfaatkan media multiplatform yang dimungkinkan keberadaanya dalam jejaring internet sebagai upayanya dalam melakukan storytelling.

Dari segi aktivitas jurnalisme dan nilai berita yang mendasari publikasi berita, dapat dikatakan tidak ada perbedaan antara jurnalisme tradisional dan jurnalisme digital.

Seperti yang dikatakan K. Kawamoto (2003), jurnalisme digital sejatinya adalah bentuk praktik jurnalisme lama, namun dalam konteks yang baru.

Ia memandang jurnalisme digital sebagai sebuah sintesis dari tradisi dan inovasi di bidang jurnalisme.

Hal itu ia ungkapkan karena sebenarnya kegiatan jurnalisme adalah sebuah praktik lama dan telah terdefinisikan sejak kemunculan Acta Diurna.

Jadi prinsip kerja jurnalisme akan selalu sama, apapun konteks atau media yang digunakan.

Artinya, jurnalisme digital berbicara tentang pengembangan sumber daya yang terlibat dalam produksi berita termasuk perangkat yang digunakan, bukan konten atau nilai beritanya.

Dengan penggunaan sumber daya digital, maka khalayak akan dapat mengakses berbagai genre informasi dalam format yang lebih berkembang dan memberikan pengalaman eksplorasi yang lebih interaktif dibandingkan format berita tradisional.

Perubahan sifat jurnalis dan khalayak digital

Tantangan yang dihadapi media arus utama dan tradisional dalam memasuki jurnalisme digital adalah perubahan sifat sumber daya manusia yang terlibat. Bukan hanya dari sisi media atau jurnalisnya, namun juga khalayaknya.

Dari sisi jurnalis, James Mahon dari University of the West of Scotland (2021) mendeteksi perubahan pola kerja wartawan dan media massa dalam memroduksi berita.

Temuan beberapa akademisi yang ia kumpulkan dari seluruh dunia menunjukkan bahwa teknologi media sosial telah mengubah cara bagaimana berita diproduksi dan dimanfaatkan.

Sebagai akibatnya, cara kerja jurnalis turut berubah. Salah satunya perubahan mereka dari yang tadinya bekerja dalam kelompok dan berkantor di perusahaan medianya, menjadi bisa bekerja sendiri atau dari jarak jauh.

Menurunnya produktivitas dan pemasukan media tradisional membuat organisasi media harus melakukan efisiensi.

Salah satunya dengan mengubah kebutuhan keahlian reporter yang kini bergeser ke arah keahlian media sosial dan digital.

Seperti yang ditemukan Mahon, keberadaan posisi spesifik semakin berkurang, sehingga banyak reporter kemudian berperan ganda menjadi videografer, editor dan kreator sosial media sekaligus.

Dalam beberapa hal, didukung oleh kehadiran teknologi digital, ini merupakan efisiensi yang baik dengan kualitas karya yang canggih dan terintegrasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com