KOMPAS.com - Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami cuaca ekstrem, berupa hujan disertai angin kencang hingga hujan es, pada Senin (28/3/2022).
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta Romadi menjelaskan, kondisi ini diakibatkan oleh aliran massa udara yang meningkat.
“Terpantau adanya pusat tekanan rendah di perairan selatan Jawa Barat,” ujar Romadi, Senin (28/3/2022).
Kondisi tersebut menyebabkan daerah konvergensi di sepanjang perairan sebelah barat Sumatera hingga selatan Jawa bagian barat meningkatkan aliran massa udara di wilayah Jawa, termasuk Yogyakarta.
Baca juga: Prakiraan Cuaca BMKG: Sebagian Besar Wilayah Jabodetabek Cerah Sepanjang Hari
Selain DIY, daerah mana saja yang berpotensi alami cuaca estrem dalam beberapa hari ke depan?
Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Miming Saepudin mengatakan bahwa memang di Yogyakarta dan sekitarnya berpotensi hujan lebat yang dapat disertai petir hingga akhir bulan Maret 2022.
"Untuk wilayah Yogyakarta, Jawa Tengah masih cukup berpotensi (terjadi hujan lebat, angin, dan petir) 2 hari ke depan," ujar Miming saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (29/3/2022).
Berikut rincian wilayah yang berpotensi terjadi hujan angin disertai petir pada 29-31 Maret 2022.
Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
Aceh, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
Baca juga: BMKG: Kecil Potensi Hilal Terlihat 1 April 2022, Ini Awal Puasa Menurut Muhammadiyah
Aceh, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua.
Sementara itu, Miming menjelaskan, menurut analisis Outgoing Longwave Radiation (OLR), Madden-Julian Oscillation (MJO), dan aktivitas gelombang ekuator menunjukkan penyebab hujan lebat disertai angin dan petir karena adanya kecenderungan peningkatan aktivitas konvektif di sejumlah wilayah.
"Ada kecenderungan peningkatan aktivitas konvektif di Kalimantan bagian utara, Sulawesi bagian tengah, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua," ujar Miming.
Selain itu, pantauan sirkulasi siklonik dan daerah konvergensi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan pertumbuhan awan hujan di Jawa bagian selatan, Kalimantan bagian tengah, timur dan uatara, sebagian besar Sulawesi, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua.
Miming menambahkan, berdasarkan hasil analisis kondisi lokal/mikro menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan aktivitas konvektif akibat kondisi labilitas yang kuat di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali.
Kemudian, NTB, NTT, Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
Di sisi lain, adanya cuaca ekstrem biasanya sebagai penanda bahwa Indonesia sedang mengalami musim pancaroba.
Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG Supari mengatakan, awal musim di Indonesia tidak seragam.
Artinya, ada beberapa wilayah yang sudah memasuki musim kemarau, dan ada yang sudah memasuki musim penghujan.
"Wilayah yang sudah masuk musim kemarau ada sebanyak 3 persen, tapi masih banyak yang musim hujan," ujar Supari saat dihubungi secara terpisah oleh Kompas.com, Selasa (29/3/2022).
Ia mengatakan, untuk wilayah Yogyakarta, sebagian akan memasuki musim kemarau di bulan April, sebagian di Mei 2022.
Baca juga: Puncak Musim Hujan 2022 Sudah Lewat, Indonesia Masuk Masa Pancaroba
Dikutip dari Kompas.com, (4/2/2022), BMKG mengimbau kepada masyarakat untuk waspada dan berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem dan dampak terhadap bencana hidrometeorologi yang dapat terjadi.
Misalnya, banjir, tanah longsor, banjir bandang, genangan, pohon tumbang, dan lain-lain.
Oleh karena itu, BMKG menyarankan agar dilakukan penebangan pohon berusia tua dan pengecekan saluran air untuk mencegah terjadinya banjir.
Masyarakat juga bisa memantau potensi cuaca melalui akun resmi BMKG baik laman website, kanal Youtube, atau sosial media @infoBMKG.
Untuk memudahkan pemantauan cuaca, BMKG menyediakan layanan aplikasi bernama Info BMKG yang bisa diunduh melalui platform Android dan iOS.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.