Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mukhijab
Dosen Universitas Widya Mataram Yogyakarta

Dr. Mukhijab, MA, dosen pada Program Studi Ilmu Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Widya Mataram Yogyakarta.

Bahar dan Pembunuhan Demokrasi oleh Pasukan Sipil

Kompas.com - 14/03/2022, 13:48 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

1. Kapasitas tinggi dengan karakter jumlah staf dan anggaran besar, bekerja permanen.

Kondisi ini berlaku pada pasukan siber di Australia, China, Mesir, India, Iran, Irak, Israel, Myanmar, Pakistan, Filipina, Rusia, Arab Saudi, Ukraina, Uni Emirat Arab, Inggris, Amerika Serikat, Venezuela, dan Vietnam.

2. Kapasitas sedang menggunakan pekerja sepenuh waktu sepanjang tahun, aktif mengontrol dan menyebarkan informasi, melakukan sejumlah eksperimen dalam strategi untuk manipulasi media sosial.

Kapasitas pasukan siber di Indonesia masuk kapasitas sedang, bersama sejumlah negara lainnya, yaitu Armenia, Austria, Azerbaijan, Bahrain, Belarusia, Bolivia, Brasil, Kamboja, Kuba, Republik Ceko, Eritrea, Ethiopia, Georgia, Guatemala, Hongaria, Kazakhstan, Kenya, Kuwait, Lebanon, Libya, Malaysia , Malta, Meksiko, Nigeria, Korea Utara, Polandia, Rwanda, Korea Selatan, Sri Lanka, Suriah, Taiwan, Tajikistan, Thailand, Turki, dan Yaman.

3. Kapasitas rendah pasukan sibernya berlaku pada negara Angola, Argentina, Bosnia & Herzegovina, Kolombia, Costa Rika, Kroasia, Ekuador, El Salvador, Jerman, Ghana, Yunani, Honduras, Italia, Kirgistan, Moldova, Belanda, Oman, Qatar, Republik Makedonia Utara, Serbia, Afrika Selatan, Spanyol, Sudan, Swedia, Tunisia, Uzbekistan, dan Zimbabwe.

Pasukan siber mereka aktif secara temporer dan timnya kecil.

Baca artikel sebelumnya: Bahar dan Serangan Pasukan Siber Penguasa

Pasukan siber Indonesia

Riset Inside Indonesia menunjukkan para pasukan siber Indonesia dikendalikan oleh sejumlah politisi senior, di lingkungan menteri atau dalam lingkaran pemerintah dan pengusaha kaya.

Yatun, dkk dalam tulisan Ancaman Pasukan Siber (The threat of Cyber Troops), para elemen kekuasaan dan pengusaha atau orang-orang kaya menggunakan pasukan siber untuk mengelola target dan kepentingan tertentu.

Terdapat juga elite ekonomi yang mempekerjakan mereka untuk menarik dukungan publik dalam mendorong kebijakan pemerintah yang menjadi concern kepentingan pengusaha.

Dicontohkan, kasus Omnibus Law UU Cipta Kerja dan pembenahan KPK.

Kajian lain yang dilaporkan Wijayanto & Ward Berenschot dalam tulisan Pengorganisasian dan Pendanaan Propaganda Media Sosial, karakter pasukan siber di Indonesia berbeda dengan negara lain.

Dia memastikan pasukan siber di negeri ini bersifat fleksibel dan tidak terorganisasi secara profesional.

Awalnya mengorganisasiannya mereka mirip tim sukses kampanye, sesudah even itu selesai, mereka mengorganisasikan dalam bentuk tim lain.

Platform yang mereka gunakan terbatas seperti Twitter, Facebook, Instagram.

Laporan Wijayanto mengacu data hasil wawancara terhadap 78 anggota pasukan siber, delapan di antara mereka perempuan.

Mereka dari kalangan muda yang berusia di bawah 45 tahun, 65 persen pendidikan sarjana.

Beberapa metode kerja mereka seperti disebut dalam Computational Propaganda Research Project, 2020, yaitu menyebar informasi dalam bentuk trolling atau pelecehan, metode disribusi informasi secara massal (seorang buzzer mengelola 10-300 akun twitter), dan akun itu anonim alias palsu.

Tetapi mereka memiliki akun resmi yang disebut “akun jenderal” yang digunakan secara terkoordinasi bersama akun-akun lainnya.

Sebagian aktor pasukan itu adalah influenser, sebagian lainnya pasukan biasa yang memiliki keahlian komputasi dan internet, serta menyebarkan informasi.

Riset Inside Indonesia menunjukkan pembagian tugas yang berbeda. Para aktor yang mengelola akun dan mendistribusikan informasi dibedakan dengan pasukan yang memproduksi konten dalam bentuk narasi, meme, dan tagar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 8-9 Juni | Perjalanan Kasus Akseyna UI

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 8-9 Juni | Perjalanan Kasus Akseyna UI

Tren
23 Kata Tertua di Dunia yang Sudah Berusia 15.000 Tahun, Beberapa Masih Digunakan hingga Kini

23 Kata Tertua di Dunia yang Sudah Berusia 15.000 Tahun, Beberapa Masih Digunakan hingga Kini

Tren
5 Destinasi Wisata Dunia Khusus Pria, Wanita Dilarang Masuk

5 Destinasi Wisata Dunia Khusus Pria, Wanita Dilarang Masuk

Tren
5 Teleskop Terbesar di Dunia, Ada yang Diameternya Mencapai 500 Meter

5 Teleskop Terbesar di Dunia, Ada yang Diameternya Mencapai 500 Meter

Tren
11 Tanda Seseorang Mengalami Demensia, Salah Satunya Melupakan Nama Teman Dekat

11 Tanda Seseorang Mengalami Demensia, Salah Satunya Melupakan Nama Teman Dekat

Tren
Ramai soal Menantu Anwar Usman Ditunjuk Jadi Direktur Pemasaran dan Operasi PT Patra Logistik, Pertamina: 'Track Record' Baik

Ramai soal Menantu Anwar Usman Ditunjuk Jadi Direktur Pemasaran dan Operasi PT Patra Logistik, Pertamina: "Track Record" Baik

Tren
Pertama Kali di Dunia, Hiu Macan Muntahkan Ekidna, Mamalia Berduri Mirip Landak

Pertama Kali di Dunia, Hiu Macan Muntahkan Ekidna, Mamalia Berduri Mirip Landak

Tren
Ramai soal Besaran Iuran BPJS Kesehatan Akan Disesuaikan dengan Gaji per Juli, Ini Faktanya

Ramai soal Besaran Iuran BPJS Kesehatan Akan Disesuaikan dengan Gaji per Juli, Ini Faktanya

Tren
Peneliti: Virus Covid-19 Dapat Bertahan dalam Sperma Selama Berbulan-bulan sejak Terinfeksi

Peneliti: Virus Covid-19 Dapat Bertahan dalam Sperma Selama Berbulan-bulan sejak Terinfeksi

Tren
Benarkah Air Tebu Akan Basi 15 Menit Setelah Diperas? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Benarkah Air Tebu Akan Basi 15 Menit Setelah Diperas? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Apakah BPJS Kesehatan Menanggung Biaya Pengobatan dan Cabut Gigi Bungsu?

Apakah BPJS Kesehatan Menanggung Biaya Pengobatan dan Cabut Gigi Bungsu?

Tren
Apa Itu Pupuk Kompos? Berikut Manfaatnya bagi Tanah dan Tanaman

Apa Itu Pupuk Kompos? Berikut Manfaatnya bagi Tanah dan Tanaman

Tren
Usai Menyesal, Menteri Basuki Klarifikasi Tapera Ditunda dan Bakal Lapor Jokowi

Usai Menyesal, Menteri Basuki Klarifikasi Tapera Ditunda dan Bakal Lapor Jokowi

Tren
Nasib Mahasiswa UM Palembang Pelaku Plagiat Skripsi, Gagal Wisuda dan Diskors

Nasib Mahasiswa UM Palembang Pelaku Plagiat Skripsi, Gagal Wisuda dan Diskors

Tren
Air Terjun di China Tuai Protes karena Mengalir dari Pipa Buatan Manusia

Air Terjun di China Tuai Protes karena Mengalir dari Pipa Buatan Manusia

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com