Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Warga Washington DC Terinfeksi Hantavirus, Berbahayakah Hantavirus?

Kompas.com - 07/03/2022, 06:30 WIB
Alinda Hardiantoro,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Untuk pertama kalinya, kasus hantavirus ditemukan di Kota Washington DC, Amerika Serikat.

Dilansir dari Ars Technica, Sabtu (5/3/2022), dua warga Washington DC diketahui terpapar Hantavirus.

Hantavirus merupakan virus yang disebarkan oleh tikus dan berpotensi menjadi penyakit yang mewabah.

Permasalahan populasi tikus yang terjadi di Washington DC memang sangat memprihatinkan. Pasalnya, laporan menyebutkan adanya peningkatkan keluhan masyarakat terhadap hewan pengerat dari tahun ke tahun.

Sejak 2014 – 2017, keluhan mengenai keberadaan hewan pengerat ini terus meningkat hingga 400 persen.

Sementara pada 2021, total keluhan tersebut kembali meningkat sebanyak 40 persen dari 2020.

Kendati Hantavirus tidak menular dari manusia ke manusia, seseorang yang terinfeksi Hantavirus akan mengalami penyakit gangguan pernapasan yang berpotensi mematikan.

Baca juga: Ramai soal Hantavirus, Tak Akan Menular dari Manusia ke Manusia dan Sejarah Kemunculannya

Apa itu hantavirus?

Hantavirus berasal dari tikus dan hewan pengerat lainnya.FREEPIK/WIRESTOCK Hantavirus berasal dari tikus dan hewan pengerat lainnya.
Hantavirus merupakan virus yang berasal dari tikus dan hewan pengerat lainnya.

Dikutip dari Kompas.com, (22/12/2021), hantavirus tidak menyebabkan hewan pengerat tersebut sakit.

Penularan hantavirus ke manusia bisa terjadi melalui perantara udara. Awalnya virus tersebut bersarang di urin, kotoran, dan air liur tikus atau hewan pengerat lainnya.

Kemudian virus akan menginfeksi manusia apabila manusia tersebut menghirup partikel virus aerosol.

Selain itu, penularan juga bisa terjadi apabila manusia melakukan kontak secara langsung dengan urin dan kotoran tikus yang mengandung hantavirus.

Sebelumnya, jenis hantavirus ini banyak ditemukan di Eropa dan Asia.

Baca juga: Hantavirus: Dari Karakter, Gejala, Proses Penularan, hingga Vaksinasi

Gejala dan bahaya hantavirus

Bahaya hantavirus tergantung pada jenis virusnya. Pada kasus yang terjadi di Washington DC tersebut, jenis hantavirus yang menjangkiti adalah “Old World” atau virus Seoul.

Virus Seoul ini menyebar dari tikus coklat biasa. Kadang juga dari tikus selokan atau tikus dermaga.

Sesuai namanya, virus Seoul ini pertama kali ditemukan di Korea dan kini telah menyebar ke seluruh dunia.

Kasus virus Seoul ini bukan yang pertama bagi Amerika Serikat. Beberapa kota, seperti Baltimore dan New Orleans, tercatat pernah mengalami kasus serupa.

Sebuah penyelidikan yang dilakukan oleh pejabat kesehatan di Amerika Serikat pada 2017 lalu menunjukkan bahwa 31 fasilitas di 11 negara bagian menjadi sarang tikus dan berpotensi menyebarkan Hantavirus jenis virus Seoul.

Virus Seoul ini dapat menyebabkan penyakit yang disebut Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS).

Adapun gejala yang ditimbulkan di antaranya adalah:

  • Demam
  • Menggigil
  • Mual
  • Sakit kepala

Kendati demikian, gelaja tersebut bisa berkembang lebih parah menjadi tekanan darah rendah, syok akut, kebocoran vaskular hingga gagal ginjal akut.

Tingkat kematian akibat hantavirus jenis virus Seol ini sekitar 1 persen.

Baca juga: Ramai soal Hantavirus, Berikut Sumber Penyebaran dan Cara Pencegahannya...

Varian New World

Selain diincar bahaya Old World, Amerika Serikat juga di bawah ancaman hantavirus jenis New World.

Hantavirus jenis New World ini bisa menyebabkan penyakit pernapasan yang parah atau dikenal dengan Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS).

Apabila dibandingkan dengan hantavirus jenis virus Seoul, hantavirus New World jauh lebih mematikan. Dengan tingkat kematian mencapai 50 persen.

Kasus HPS ini pertama kali menjadi perhatian di Amerika Serikat sejak 1993, menyusul wabah misterius penyakit pernapasan mematikan di wilayah Four Corners Arizona, Colorado, New Mexico, dan Utah.

Mulanya, jenis hantavirus ini disebut Sin Nombre atau virus tanpa nama.

Saat itu, CDC mencatat ada 48 kasus hantavirus yang terjadi. Selanjutnya, angka tersebut terus mengalami kenaikan hingga 816 kasus pada tahun 2019.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com