Sementara itu, karya seni di Vatikan, seperti lukisan dan patung dibuat oleh seniman-seniman termasyhur, seperti Michelangelo dan Pinturicchio.
Meskipun tergolong negara kecil dengan luas 44 hektar, Vatikan memiliki sistem perbankan, produk jurnalistik, stasiun radio, dan tentara sebagai penjaga ketahanan negara.
Dengan demikian, selain kental dengan kehidupan agamanya, di negara itu juga terdapat suatu kehidupan bermasyarakat dan kenegaraan.
Paus, sebagai pemimpin suci umat katolik, juga melaksanakan kerja-kerja politis, seperti kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang mutlak di dalam Vatikan.
Akan tetapi, Paus tidak bekerja sendiri, melainkan didampingi oleh sekretariat negara, kongregasi, pengadilan, dan dewan kepausan.
Bersamaan dengan kegiatan dialog jurnalis lintas negara dan lintas agama di Roma, Wisnu berkesempatan mengunjungi Vatikan dan bertemu Paus.
“Setiap Rabu pagi, antri untuk masuk. Biasanya di Basilika dan lapangan gede itu, tetapi waktu itu di aula karena jumlah orang yang tidak terlalu banyak,” ungkapnya.
Baca juga: Fajar Merah, Pasifisme, dan Koneksi yang Dibangun Lewat Puisi Wiji Thukul
Di sana, Wisnu mengikuti semacam general audience untuk bertemu dengan Paus Fransiskus yang dimulai pukul sembilan pagi. Awalnya, Paus bercerita menggunakan ragam bahasa, seperti Italia, Arab, dan negara-negara lain.
Lucunya, ketika Paus sedang bercerita menggunakan bahasa Arab, Wisnu yang tidak mengerti kemudian dibantu oleh warga Pakistan yang duduk di sebelahnya.
“Sebelahku dari Pakistan jelasin ke aku, ‘oh ini ngomongin perdamaian, persahabatan’,” tambah Wisnu.
Kemudian, ketika acara sudah selesai, Wisnu bercerita bahwa banyak orang malah tidak mau pergi. “Pengen disamperin sama Paus, dan Paus menyediakan diri,” ungkapnya.
Wisnu menambahkan, meskipun ada beberapa orang yang tidak sabar menunggu sehingga pergi meninggalkan ruangan, ternyata masih ada yang bertahan untuk menunggu Paus dan berhasil menemui beliau.
Ketika Paus semakin dekat dengan rombongan Wisnu, sayang sekali ia ditutupi oleh orang lain sehingga tidak sempat berbicara kepadanya.
Walaupun tidak berbicara dengan Paus, Wisnu tetap merinding dengan kehadiran beliau. “Dengar suara Paus langsung keinget, ‘gue berbuat salah apa aja, ya?’,” ungkapnya.
Baca juga: Filosofi Hidup dan Berkarya Layaknya Spons ala Eko Nugroho
Bahkan, sewaktu Paus mengajak untuk bernyanyi lagu Bapak Kami, Wisnu kembali merasakan bulu romanya berdiri lagi. “Lemes banget kaki gue, kayak ga ada tulangnya. Gue mau nangis, merinding banget,” ujar Wisnu.
Bagi kamu yang masih penasaran dengan pengalaman spiritual Wisnu Nugroho ketika mengunjungi Vatikan dan berdialog lintas agama di Roma, dengarkan siniar Beginu bertajuk “Roma, Pertemuan Lintas Agama, dan Bertekuk Lutut” di Spotify atau klik tautan berikut https://dik.si/beginu_roma.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.