"Dimanapun di lingkungan masyarakat tidak aturan yang menyatakan kalau tindak kekerasan adalah sesuatu hal yang wajar," jelasnya.
Tawuran merupakan aksi kekerasan. Mempertontonkan atau memperlihatkannya merupakan sesuatu yang tidak wajar dilakukan oleh masyarakat.
"Jadi bisa dibilang mempertontonkan atau memamerkan tawuran itu sebagai aksi kekerasan gitu," kata Nana.
Baca juga: Fenomena Spirit Doll di Kalangan Artis, Sejarah, dan Berapa Harganya?
Fenomena tawuran jika dilihat dalam ilmu sosiologi masyarakat termasuk ke dalam konflik kelompok.
Nana menerangkan bahwa bahwa fenomena tawuran tersebut dalam ilmu psikologi diterminasi dengan istilah conduct behavior.
Conduct behavior adalah perilaku kekerasan dan emosi kemarahan yang ditunjukkan dengan merusak barang, benda melanggar aturan ataupun berkelahi.
"Masuknya kalau dalam istilah psikologi selain contract behavior atau perilaku kekerasan terhadap agresi juga bisa masuk ke dalam kenakalan remaja," ujar Nana.
Nana menyebutkan, terdapat berbagai faktor yang dapat membuat fenomena tawuran tersebut dapat dilakukan oleh para remaja.
Berikut beberapa faktornya:
Keluarga harus mengetahui segala sesuatu hal yang anak-anak mereka lakukan diluar rumah.
Begitu juga dengan penerapan aturan dan penekanan disiplin yang ditekankan oleh keluarga dan orang terdekat.
Jika pengawasan keluarga longgar atau tidak mengetahui segala aktivitas yang dilakukan anaknya maka perilaku anaknya tidak dapat terobservasi dan teramati dengan baik.
Faktor dari media sosial, media elektronik dan media cetak dapat diinterprestasikan berbeda oleh anak-anak tersebut. orang dewasa saja dapat berbeda-beda penangkapan informasinya apalagi anak remaja.
Anak remaja harus hati-hati dengan media jika menampilkan informasi tentang kekerasan, informasi tindak kriminal dan informasi tentang konflik.
Sehingga, mereka dapat mengolahnya secara bijaksana dan informasi yang disampaikan menjadi informasi yang positif.