Prof. Reviono menyebutkan, gas solfatara yang terhirup dapat membahayakan sistem saluran pernapasan.
“Gas solfatara mempunyai efek yang jelas merugikan mulai dari saluran napas atas, mulai dari hidung,” jelas Prof. Reviono.
Kemudian, efek berkelanjutan dari bahaya gas solfatara bisa dirasakan di tenggorokan hingga ke sistem saluran pernapasan bawah.
Prof. Reviono mengatakan bahwa gas solfatara yang terhirup akan menyebabkan membran mukosa di dalam hidung teriritasi. Akibatnya, sistem saluran pernapasan mengalami peradangan sehingga dinding saluran tersebut terganggu.
“Selaput lendirnya atau mukosanya terangsang dan teriritasi. Sehingga akan terjadi peradangan. Nah, itu yang menyebabkan gangguan pada dinding saluran napas kalau sampai di bawah,” jelas Prof. Reviono.
Prof. Reviono menegaskan bahwa efek bahaya berupa gangguan dinding saluran itu bisa terjadi apabila gas solfatara terhirup sampai ke sistem saluran pernapasan bawah.
Namun, ada kemungkinan gas solfatara hanya terhirup sedikit dan tidak mencapai sistem saluran pernapasan bawah.
“Mungkin saja gas solfatara tidak sampai ke bawah. Karena gas ini berbau, berbau busuk. Kalau berbau busuk kan, setelah membau orang akan lari biasanya. Sehingga tidak banyak yang terhirup,” imbuh Prof. Reviono.
Kendati demikian, gas solfatara ini lebih berisiko bagi pengidap penyakit asma. Terhirup sedikit saja, gas solfatara bisa langsung memicu gangguan sesak napas bagi penderita asma.
Baca juga: Warga di Kaki Gunung Tangkuban Perahu Kini Tak Lagi Susah Akses Layanan Perbankan
Efek dari asap solfatara yang terhirup oleh makhluk hidup dibedakan menjadi dua, yaitu dampak pendek (akut) dan dampak panjang.
“Bisa ada kerusakan di situ, namanya bronkitis, bisa bronkitis kronik. Efeknya itu mudah atau rentan terinfeksi karena kondisi selaput mukosanya tidak lagi normal,” pungkas Prof. Reviono.
Kendati telah mengeluarkan gas solfatara, hingga saat ini PVMBG memastikan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu masih berstatus normal.
Baca juga: Selama 2022, Ada 80 Kali Gempa Hembusan di Tangkuban Parahu, Ini Dampaknya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.