Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Bumi Menyusut atau Mengembang, lalu Apa Bahayanya?

Kompas.com - 10/01/2022, 10:00 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bumi sebagai planet terbesar kelima di tata surya masih menyimpan misteri yang menarik.

Salah satunya tentang kemungkinan bumi mengembang atau menyusut. Hingga kini diketahui bahwa bumi seperti planet lainnya terus memberi dan menerima materi dengan tata surya di sekitarnya.

Misalnya debu yang melaju melalui ruang angkasa secara teratur membombardir planet ini dalam bentuk bintang jatuh. Selain itu gas dari atmosfer bumi secara teratur merembes ke luar angkasa.

Mengutip Space, (7/7/2021), jari-jari bumi di khatulistiwa adalah 3.963 mil (6.378 kilometer), menurut Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA di Greenbelt, Maryland.

Namun bumi tidak bulat, karena rotasi planet menyebabkan bumi menonjol di ekuator. Jari-jari kutub bumi adalah 3.950 mil (6.356 km)

Menggunakan pengukuran tersebut, lingkar khatulistiwa bumi adalah sekitar 24.901 mil (40.075 km).

Namun, dari kutub ke kutub (keliling meridional) bumi hanya berjarak 24.860 mil (40.008 km). Bentuk planet kita, yang disebabkan oleh perataan kutub, disebut spheroid oblate.

Lalu, kepadatan bumi adalah 5,513 gram per sentimeter kubik, menurut NASA. Bumi adalah planet terpadat di tata surya karena inti logam dan mantelnya yang berbatu.

Massa bumi adalah 6,6 sextillion ton (5,9722 x 10 pangkat 24 kilogram). Volumenya sekitar 260 miliar mil kubik (1 triliun kilometer kubik).

Apakah bumi menyusut atau mengembang?

Baca juga: Mengenal Gravitasi, Manfaatnya hingga Bisakah Hilang dari Bumi?

Bumi bisa menyusut maupun mengembang

Melansir Live Science, 2 Januari 2022, ilmuwan dan peneliti senior yang mempelajari atmosfer di Pusat Penelitian Langley NASA Virginia, Guillaume Gronoff mengatakan, bumi bisa menyusut maupun mengembang.

Karena bumi membagikan gasnya (atmosfer) ke luar angkasa, maka bumi menyusut. Namun menurut Gronoff menyusutnya tidak banyak

Lebih lanjut, dia menjelaskan, planet-planet terbentuk ketika debu antariksa bertabrakan dan semakin menumpuk menjadi massa yang lebih besar.

Gronoff mengatakan, setelah bumi terbentuk sekitar 4,5 miliar tahun yang lalu, penambahan kecil terus terjadi dalam bentuk meteor dan meteorit yang menambah massa bumi.

Namun setelah sebuah planet terbentuk, ada proses lain yang terjadi, yaitu pelepasan atmosfer.

Gronoff mengungkapkan, hal itu mirip dengan penguapan tetapi pada skala yang berbeda. Di atmosfer, atom oksigen, hidrogen, dan helium menyerap energi yang cukup dari matahari untuk keluar dari atmosfer.

Para ilmuwan masih mempelajari lebih jauh tentang dampak proses tersebut terhadap massa bumi secara keseluruhan.

"Tentu saja, ini masih penelitian, karena sulit untuk mengukur massa Bumi secara real time. Kami tidak memiliki berat Bumi pada presisi yang dibutuhkan untuk melihat apakah Bumi kehilangan atau bertambah," ujar Gronoff.

Akan tetapi dengan mengamati laju meteor, para ilmuwan memperkirakan bahwa sekitar 16.500 ton (15.000 metrik ton) atau sekitar satu setengah Menara Eiffel berdampak pada planet setiap tahun dengan menambah massa bumi.

Baca juga: Bagaimana Petir Bisa Menyambar Objek di Permukaan Bumi?

Penyusutan bumi

Sementara itu, menggunakan data satelit, para ilmuwan telah memperkirakan tingkat pelepasan atmosfer.

"Ini sekitar 82.700 ton (75.000 metrik ton) atau 7,5 Menara Eiffel," tutur Gronoff.

Hal itu berarti bumi kehilangan sekitar 66.100 ton (60.000 metrik ton) per tahun. Meskipun itu terdengar sangat banyak, tapi menurut Gronoff dalam konteks planet itu sangat kecil.

Menggunakan perkiraan pelarian atmosfer yang ditetapkan selama seratus tahun terakhir, Gronoff menghitung bahwa, pada tingkat 60.000 ton atmosfer yang hilang per tahun, dibutuhkan 5 miliar tahun bagi Bumi untuk kehilangan atmosfernya jika planet ini tidak memiliki cara untuk mengisinya kembali.

Namun, lautan dan proses lainnya, seperti letusan gunung berapi, membantu mengisi kembali atmosfer bumi.

Jadi, dibutuhkan lebih dari 3.000 kali lebih lama (kita-kira 15,4 triliun tahun) sebelum bumi kehilangan atmosfernya itu sekitar 100 kali kehidupan alam semesta.

Sehingga, menurut dia, ukuran bumi yang menyusut tidak membahayakan kehidupan di bumi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com