Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Ketum PSSI Sambut Kedatangan Timnas Indonesia di Hotel Karantina…

Kompas.com - 03/01/2022, 17:00 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Mochamad Iriawan menyambut kedatangan Tim Nasional (Timnas) Indonesia di The Sultan Hotel, Jakarta pada Senin (2/1/2022).

Dalam tayangan yang disiarkan oleh Kompas TV, terlihat pria yang akrab disapa Iwan Bule itu menyalami (salam tinju) satu per satu pemain Timnas Indonesia.

Dia juga sempat berbicara singkat dengan salah seorang pemain.

"Kita tetap bangga karena mereka memberikan yang terbaik untuk Indonesia," kata Iwan Bule saat diwawancarai.

"Kalau melihat historisnya, persiapan cukup singkat, kompetensi baru 4 bulan, bertemu mereka baru dua minggu, masih ada pemain yang main di klub, masih ada pemain dari luar negeri, tapi bisa memberikan yang terbaik," sambung dia.

Bahkan dalam akun Twitter-nya, Iwan Bule mengunggah foto berisi acara penyambutan pemain.

Dia juga terlihat sedang berpidato di depan para pemain yang duduk di kursi dengan menjaga jarak.

Baca juga: Indonesia Lolos Final Keenam Kalinya, Ini Daftar Juara AFF sejak 1996

Tanggapan Satgas Covid-19

Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19, Dr Alexander K Ginting mengatakan, pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) hanya bisa disambut oleh petugas untuk proses kesehatan, imigrasi, dan dokumen lainnya.

Di luar itu, Ginting menegaskan PPLN tak boleh menemui orang lain.

"Enggak (boleh) lah, namanya juga karantina," kata Ginting, saat dihubungi Kompas.com, Senin (3/1/2022).

Menurut dia, proses karantina bagi PPLN sudah berlangsung sejak di area kedatangan, imigrasi, bagasi, chek kesehatan, holding, hingga naik bus dan ke hotel atau tempat karantina.

Dia pun tak tahu menahu apakah acara penyambutan itu sudah dikoordinasikan dengan Satgas Covid-19 atau tidak.

"Harus dicek ke Satgas Covid-19 provinsi atau Satgas Covid-19 hotel," jelas dia.

Ginting menuturkan, pihaknya saat ini masih mempelajari kasus tersebut.

Mengutip aturan karantina dan isolasi, disebutkan bahwa proses karantina dilakukan untuk mengurangi risiko penularan Covid-19 melalui pemisahan individu yang sehat atau belum bergejala Covid-19 tetapi memiliki riwayat kontak dengan pasien konfirmasi atau memiliki riwayat bepergian ke wilayah yang sudah terjadi transmisi lokal.

Baca juga: 4 Fakta Timnas Indonesia di Piala AFF 2020

Kritik warganet

Warganet Twitter pun bereaksi atas penyambutan Ketum PSSI tersebut dalam kolom komentar unggahan Iwan Bule.

Akun @emerson_yuntho, misalnya. Dia mempertanyakan tindakan tersebut karena masih dalam masa karantina.

"Bukannya harus karantina dulu ya Pak, baru bisa ditemui," tulis akun itu.

Sementara itu, akun @faraharsono menganggap tindakan itu sebagai bentuk cari perhatian (caper), tetapi tak sesuai aturan.

Dia menyebut, pertemuan itu seharusnya dilakukan setelah masa karantina pemain Timnas Indonesia selesai.

"Pak ketua pssi ini guyon apa gimane deh?? kalo mau caper ya harusnya sesuain regulasi aturan yg ada, biarin mereka karantina 10 hari dulu begitu kelar baru bisa ketemu orang2 lain. Piyesih pak? ga belajar dr pengalaman kmrn kena sanksi dr pemerintah singapore???," tulis dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Link Live Streaming dan Jadwal Pertandingan Perempat Final Thomas & Uber Cup 2024 Hari Ini

Link Live Streaming dan Jadwal Pertandingan Perempat Final Thomas & Uber Cup 2024 Hari Ini

Tren
Tumor Disebut Bisa Menumbuhkan Gigi dan Rambut Sendiri, Benarkah?

Tumor Disebut Bisa Menumbuhkan Gigi dan Rambut Sendiri, Benarkah?

Tren
7 Fakta Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang, Pelaku Ditangkap Jelang Resepsi 5 Mei

7 Fakta Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang, Pelaku Ditangkap Jelang Resepsi 5 Mei

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 3-4 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 3-4 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Suhu Panas Menerjang Indonesia di Awal Mei 2024 | Jadwal Laga Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23

[POPULER TREN] Suhu Panas Menerjang Indonesia di Awal Mei 2024 | Jadwal Laga Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23

Tren
Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah Diminta Mundur

Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah Diminta Mundur

Tren
Covid-19 Varian FLiRT Terdeteksi di AS, Memicu Peringatan Lonjakan Kasus di Musim Panas

Covid-19 Varian FLiRT Terdeteksi di AS, Memicu Peringatan Lonjakan Kasus di Musim Panas

Tren
Machu Picchu dan Borobudur

Machu Picchu dan Borobudur

Tren
6 Kebiasaan Sederhana yang Membantu Meningkatkan Angka Harapan Hidup

6 Kebiasaan Sederhana yang Membantu Meningkatkan Angka Harapan Hidup

Tren
Bolehkah Memakai 'Pimple Patch' Lebih dari Sekali?

Bolehkah Memakai "Pimple Patch" Lebih dari Sekali?

Tren
Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Tren
Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Tren
Alasan Kapolri Buka Peluang Pengungkapan Kasus Meninggalnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Alasan Kapolri Buka Peluang Pengungkapan Kasus Meninggalnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Tren
Kasus KIP Kuliah, Undip: Mahasiswi Rela Mundur untuk Digantikan yang Lebih Butuh

Kasus KIP Kuliah, Undip: Mahasiswi Rela Mundur untuk Digantikan yang Lebih Butuh

Tren
2 Cara Indonesia Lolos Olimpiade 2024 Paris

2 Cara Indonesia Lolos Olimpiade 2024 Paris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com