Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Romantika Estetika Aljabarika

Kompas.com - 21/11/2021, 10:21 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SEJAUH ingatan saya, masih sedikit tersisa secara ingat-ingat lupa, di masa saya duduk di bangku Sekolah Dasar atau Sekolah Rakyat belum ada mata pelajaran yang namanya matematika.

Yang ada cuma mata pelajaran berhitung yang diawali dengan 1+1=2 meski 1x1=bukan 2 tetapi 1 maka 1:1=1. Namun 1-1=0 maka 0+1=1. Sementara 1+1=bukan 0 tetapi 2.

Sebenarnya semua kerumitan sungsang-sumbel itu sudah cukup bikin kepala saya pusing. Sungguh terlalu sulit bagi daya pikir dangkal saya untuk dapat memahami kenapa semua itu harus begitu itu.

Aljabar

Maka kepala pusing saya makin pusing ketika duduk, jika tidak keliru, di bangku sekolah menengah pertama (kenapa tidak ada sekolah menengah ke dua, ke tiga dan seterusnya tetapi adanya sekolah menengah atas padahal tidak ada sekolah menengah bawah) mendadak ada mata pelajaran disebut sebagai aljabar yang konon bukan ilmu bikinan Indonesia tetapi Arab. Padahal, saya tidak bisa bahasa Arab.

Ibu guru aljabar saya memaksa saya untuk tunduk pada dogma bahwa aljabar beda dari berhitung.

Jika berhitung pakai angka maka aljabar pakai huruf bukan Arab tetapi Latin sementara konon angka yang kini kita gunakan berasal dari sementara angka Arab berasal dari India.

Kemudian ibu guru aljabar memaksa saya mematuhi perintah beliau tentang apa saja yang beliau bilang tentang aljabar selama saya tidak ingin tidak naik kelas.

Masih mujur nasib saya bahwa pada masa itu ibu guru belum mengajarkan aljabar geometrika, aljabar diferensial, meta-aljabar dan lain sebagainya.

Rumus

Meski saya tidak paham mengenai apa guna mengganti angka dengan huruf di dalam apa yang disebut sebagai aljabar itu namun akhirnya saya tertarik pada ekuasi aljabarika yang diajarkan oleh ibu guru aljabar sebagai berikut (2n+4) dibagi 2 dikurangi n sama dengan 2.

Tentu saja semula saya tidak tahu apa niatan terkandung di ekuasi aljabar menggunakan perpaduan angka 2 dan 4 dengan huruf n itu.

Namun setelah mencoba membuktikan kebenarannya maka saya merasa ada semacam keindahan tersendiri di dalam rumus aljabarika tersebut.

Secara andaikatamologis ternyata unsur estetikal yang terkandung pada aljabar dapat dimunculkan.

Andaikata n = 2 maka 2x2+4=8 dibagi 2=4 dikurangi 2 ternyata memang =2.

Andaikata n=3 maka (2x3)+4=10 dibagi 2=5 dikurangi 3 ternyata benar juga =2.

Silakan lanjutkan dengan n=4 lalu 5 lalu 6 lalu 7 dan seterusnya sampai tak terhingga maka percaya atau tidak jawaban akhirnya tetap =2.

Jika tidak percaya silakan repot hitung sendiri.

Keindahan

Mohon para matematikawan/wati berkenan mengampuni kenaifan saya merasakan kehadiran keindahan di dalam (2n+4):2-n=2 yang menurut para matematikawan/wati terlalu sederhana untuk dianggap indah.

Namun mohon dimaafkan pula bahwa menurut selera subjektif saya pribadi justru apa yang disebut sebagai keindahan sejatinya terletak pada kesederhanaan seperti misalnya kesederhanaan semisal ekuasi E=mc pangkat dua yang digagas oleh seorang fisikawan bernama Albert Einstein.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com