Secara matematis mengeksplorasi potensi energi dan daya dorong berbagai bahan bakar
Mengeksplorasi oksigen cair dan hidrogen cair.
Dia pun menerima hak paten dari otoriras AS atas konsep roket multistage dan roket berbahan bakar cair.
Atas kemampuannya, Goddard mendapatkan hibah dari Institut Smithsonian untuk melanjutkan penelitian roketnya.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: WHO Tetapkan Covid-19 sebagai Pandemi Global
Orang Cina mengembangkan roket militer pertama pada awal abad ke-13.
Roket pertama tersebut menggunakan bahan bakar berupa bubuk mesiu. Konsep yang kemungkinan meniru kembang api berbentuk roket.
Roket militer berbahan bakar mesiu juga muncul di Eropa sekitar abad ke-13. Kemudian, pada abad ke-19 para insinyur Inggris membuat beberapa kemajuan penting dalam ilmu roket.
Pada 1903, seorang penemu Rusia bernama Konstantin E. Tsiolkovsky menerbitkan sebuah risalah tentang masalah teoretis penggunaan mesin roket di luar angkasa. Karyanta tak terlalu terkenal.
Akan tetapi, karya Goddard menjadi sorotan pada 1920-an. Inilah yang menjadi penanda perkembangan roket modern dengan bahan bakar cair.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Pesawat Garuda Terbakar di Yogyakarta, 21 Orang Tewas
Pada 1919 Goddard menerbitkan A Method of Reaching Extreme Altitudes oleh penerbit Smithsonian.
Ia menguraikan teori matematika tentang propulsi roket dan mengusulkan peluncuran roket tak berawak ke bulan di masa depan.
Saat itu, media menanggapi teori peluncuran roket bulan dengan ceomooh.
Pada 12 Januari 1920, The New York Times mencetak tajuk rencana yang menyatakan bahwa Goddard “tampaknya kurang pengetahuan yang disedot setiap hari di sekolah menengah” karena dia berpikir bahwa pendorong roket akan efektif melampaui atmosfer bumi.
Hal ini tidak membuatnya patah semangat.
Pada Desember 1925, Goddard menguji roket berbahan bakar cairan di gedung fisika di Universitas Clark.
Roket yang diamankan di rak statis beroperasi dengan memuaskan dan mengangkat bobotnya sendiri.