Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Update Situasi di Myanmar: Ini Kondisi WNI di Sana dan Imbauan Kemenlu

Kompas.com - 06/02/2021, 15:32 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pelaksana Tugas (Plt) Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Teuku Faizasyah mengatakan, kondisi warga negara Indonesia (WNI) di Myanmar dalam keadaan baik.

Hal itu disampaikannya saat dikonfirmasi mengenai update situasi di Myanmar setelah selama sepekan ini ramai dengan kudeta pemerintahan oleh militer.

Faizasyah menyebutkan, sekitar 500 WNI mayoritas tinggal di wilayah Yangoon, Myanmar.

"WNI dalam kondisi baik. Ada sekitar 500 orang dan mereka mayoritas tinggal di wilayah Yangoon," ujar Faizasyah saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (6/2/2021).

Para WNI tersebut merupakan pekerja, termasuk mereka yang bekerja di KBRI, dan pelajar.  

"Menurut laporan yang saya terima, saat ini masyarakat masih dapat beraktivitas seperti biasa," lanjut dia.

Baca juga: Myanmar Alami Kudeta Militer, Adakah Dampaknya bagi Indonesia?

Imbauan Kemenlu kepada WNI di Myanmar

Pada Selasa (2/2/2021), pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) mengeluarkan imbauan resmi kepada WNI di Myanmar terkait situasi politik dan keamanan di negara itu.

Pada 1 Februari 2021, diumumkan keadaan darurat di Myanmar selama satu tahun.

Oleh karena itu, Kemenlu memberikan sejumlah imbauan teruntuk WNI yang masih tinggal di Myanmar.

Berikut imbauan Kemenlu untuk WNI di Myanmar:

1. Tetap tenang dan meningkatkan kewaspadaan serta selalu mencermati perkembangan situasi keamanan di sekitar tempat tinggal serta meminimalisir kegiatan yang tidak diperlukan di luar rumah.

2. Menyiapkan persediaan bahan makanan dan kebutuhan pokok lainnya untuk perkiraan kebutuhan selama satu hingga dua minggu ke depan, termasuk obat-obatan dan multivitamin penambah daya tahan tubuh.

3. Selalu membawa tanda pengenal (ID card) atau dokumen resmi (paspor) yang masih berlaku, untuk memudahkan identifikasi diri apabila terdapat pemeriksaan oleh aparat keamanan.

Baca juga: Prihatin Kudeta di Myanmar, Ini Seruan PBB

4. Melakukan pemutakhiran alamat dan identitas diri beserta keluarga pada https://peduliwni.kemlu.go.id atau pada link https://forms.gle/R4fjYDXSAEDNMRZQ7.

5. Meningkatkan komunikasi antar warga dan meningkatkan perhatian terhadap keberadaan masing-masing rekan dan/atau keluarga.

6. Menghindari upaya dari golongan/komunitas/individu tertentu yang ingin mempengaruhi dan mengajak untuk melakukan kegiatan ataupun ikut memberikan komentar yang berpotensi mengganggu keamanan publik serta lingkungan.

7. Tetap menaati peraturan dan protokol kesehatan serta arahan Pemerintah Myanmar yang berlaku. Kemenlu juga terus memantau perkembangan kebijakan terbaru dari pemerintah Myanmar.

"Sehubungan dengan hal tersebut, kami mengimbau Anda yang sedang berada di wilayah Myanmar agar mematuhi kebijakan wilayah setempat dan tetap mematuhi protokol kesehatan yang berlaku demi keselamatan dan kesehatan Anda," ujar Faizasyah.

Ia juga menyarankan kepada WNI, jika berada dalam keadaan darurat dapat menghubungi nomor hotline KBRI Yangon melalui +95 9503 7055, consular@kbriyangon.org, atau menekan tombol darurat pada aplikasi Safe Travel.

Baca juga: Militer Myanmar Blokir Facebook dan Layanan Pesan Online Lain Setelah Kudeta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Jadwal Lengkap Timnas Indonesia di Piala AFF U-16 2024

Jadwal Lengkap Timnas Indonesia di Piala AFF U-16 2024

Tren
Anang Hermansyah Sekeluarga Jadi Duta Wisata Jeju Korea Selatan

Anang Hermansyah Sekeluarga Jadi Duta Wisata Jeju Korea Selatan

Tren
Bagaimana Cara Para Ilmuwan Menentukan Usia Sebuah Pohon? Berikut Penjelasannya

Bagaimana Cara Para Ilmuwan Menentukan Usia Sebuah Pohon? Berikut Penjelasannya

Tren
Ramai soal Telkomsat Jual Layanan Starlink Harganya Rp 130 Juta, Ini Kata Telkom Group

Ramai soal Telkomsat Jual Layanan Starlink Harganya Rp 130 Juta, Ini Kata Telkom Group

Tren
Viral, Video Kebakaran di Kawasan TN Bromo Tengger Semeru, Ini Kata Pengelola

Viral, Video Kebakaran di Kawasan TN Bromo Tengger Semeru, Ini Kata Pengelola

Tren
Bermaksud Bubarkan Tawuran, Remaja di Kalideres Jakbar Jadi Tersangka

Bermaksud Bubarkan Tawuran, Remaja di Kalideres Jakbar Jadi Tersangka

Tren
Sedikitnya 1.000 Jemaah Haji Meninggal di Arab Saudi, Ini 3 Faktor Penyebabnya

Sedikitnya 1.000 Jemaah Haji Meninggal di Arab Saudi, Ini 3 Faktor Penyebabnya

Tren
Update: Jemaah Haji Indonesia yang Wafat di Tanah Suci Capai 225 Orang

Update: Jemaah Haji Indonesia yang Wafat di Tanah Suci Capai 225 Orang

Tren
PBB Ketar-ketir Lebanon Bernasib Seperti Gaza, Apa Antisipasinya?

PBB Ketar-ketir Lebanon Bernasib Seperti Gaza, Apa Antisipasinya?

Tren
4 Lowongan KAI untuk Lulusan SMA, Berikut Syarat dan Cara Melamarnya

4 Lowongan KAI untuk Lulusan SMA, Berikut Syarat dan Cara Melamarnya

Tren
Gaduh soal Lumba-Lumba Pink, Asli atau Rekayasa? Ini Kata Peneliti Mamalia Laut

Gaduh soal Lumba-Lumba Pink, Asli atau Rekayasa? Ini Kata Peneliti Mamalia Laut

Tren
Istilah 'Khodam' Ramai di Media Sosial, Apa Itu? Ini Penjelasan Budayawan

Istilah "Khodam" Ramai di Media Sosial, Apa Itu? Ini Penjelasan Budayawan

Tren
5 Perilaku Aneh yang Umum Dilakukan Anjing Peliharaan dan Alasannya

5 Perilaku Aneh yang Umum Dilakukan Anjing Peliharaan dan Alasannya

Tren
28 Wilayah DIY Berpotensi Kekeringan 21-30 Juni 2024, Mana Saja?

28 Wilayah DIY Berpotensi Kekeringan 21-30 Juni 2024, Mana Saja?

Tren
Viral, Video Pengunjung Beri Makan Kuda Nil Sampah Plastik, Taman Safari Bogor: Sedang Dicari Identitasnya

Viral, Video Pengunjung Beri Makan Kuda Nil Sampah Plastik, Taman Safari Bogor: Sedang Dicari Identitasnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com