Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vaksin Disebutkan Tak Langsung Hasilkan Respons Imunitas, Simak Penjelasannya...

Kompas.com - 14/01/2021, 13:38 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Indonesia telah memulai program vaksinasi virus corona pada Rabu (13/1/2020).

Presiden Joko Widodo menjadi orang pertama yang menerima suntikan vaksin Covid-19, diikuti oleh sejumlah menteri dan influencer.

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan, vaksinasi gelombang pertama dikhususkan untuk tenaga kesehatan.

"Belum masyarakat, masih nakes," kata Nadia kepada Kompas.com, Selasa (12/1/2021).

Baca juga: Elvis Presley dan Kampanye Vaksin yang Sukses Kalahkan Polio di AS...

Lantas, apakah suntikan vaksin Covid-19 langsung bisa bekerja?

Ahli epidemiologi Griffith University Dicky Budiman mengatakan, butuh waktu setidaknya dua minggu setelah suntikan kedua untuk membentuk respons kekebalan tubuh.

"Setelah divaksin, masih perlu waktu setidaknya dua minggu baru ada respons imunitas," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Kamis (14/1/2021).

Selain itu, Dicky juga mengingatkan bahwa vaksin tahap pertama berfungsi sebagai proteksi.

Baca juga: Pemerintah Gratiskan Vaksin Covid-19, Mengapa Diberikan Lewat Suntikan?

Cegah gejala parah

Artinya, orang yang divaksin masih ada kemungkinan kecil untuk terinfeksi.

Jika terinfeksi, imbuhnya, vaksin tersebut dapat mencegah seseorang dari gejala parah.

Sebab, sampai saat ini belum ada vaksin Covid-19 yang mampu mencegah penularan.

"Semua vaksin Covid-19 saat ini belum ada data efikasi dalam mencegah penularan," jelas dia.

Baca juga: [HOAKS] Vaksin yang Dipakai Jokowi Disebut Tidak Asli karena Harus Menggunakan Alat Suntik

Oleh karena itu, baik masyarakat yang sudah divaksin maupun belum, masih harus menerapkan protokol kesehatan 5M.

Selain itu, pemerintah juga wajib terus meningkatkan upaya testing, tracing, dan treatment.

"Vaksin ini hanya salah satu strategi pengendalian pandemi. Kalau dia proporsinya salah, malah berbahaya, pandemi makin tak terkendali," kata dia.

"Jangan dilupakan bahwa PR masih banyak, dari intervensi maupun meyakinkan penerima vaksin ini, bahwa ada manfaat yang bisa diterima, termasuk counter isu-isu terkait vaksinasi," sambungnya.

Baca juga: Melihat Perbedaan Vaksin Buatan AS dengan Vaksin Buatan China, Ini Rinciannya...

Aspek keamanan

Sebelumnya, Dicky menegaskan bahwa vaksinasi Covid-19 dengan menggunakan Sinovac aman dan memiliki efikasi yang memadai.

Dari aspek keamanan, vaksin Sinovac juga tidak menimbulkan sesuatu yang mengkhawatirkan.

Hal ini didasarkan atas uji coba yang dilakukan di sejumlah negara, termasuk Indonesia.

Baca juga: [HOAKS] Vaksin mRNA untuk Covid-19 Disebutkan Dapat Mengubah DNA Manusia

Sementara itu, diberitakan Kompas.com (14/1/2021), uji klinis yang dilakukan di Brasil menemukan vaksin virus corona yang dikembangkan Sinovac, sebesar 50,4 persen efektif.

Hal tersebut menunjukkan, vaksin secara signifikan kurang efektif dibandingkan data sebelumnya yang disarankan untuk persetujuan peraturan.

Baca juga: Selain Indonesia, Berikut Negara yang Menggunakan Vaksin Sinovac

 

Melansir BBC, 14 Januari 2021, vaksin Sinovac merupakan salah satu dari dua vaksin yang disiapkan pemerintah Brasil.

Sinovac, perusahaan biofarmasi yang berbasis di Beijing, membuat vaksin menggunakan partikel virus yang dimatikan untuk mengekspos sistem kekebalan tubuh terhadap virus, tanpa risiko respons penyakit yang serius.

Vaksin Sinovac telah dipesan beberapa negara seperti Indonesia, Turki, dan Singapura.

Baca juga: Melihat Efektivitas Vaksin Covid-19 yang Telah Diumumkan, dari Pfizer-BioNTech hingga Sinovac

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Kondisi Orang-orang yang Tak Bisa Disuntik Vaksin Covid-19

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com