Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Klaim Penanganan Covid-19 di Indonesia Lebih Baik, Benarkah?

Kompas.com - 04/10/2020, 15:00 WIB
Vina Fadhrotul Mukaromah,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo mengklaim penanganan Covid-19 di Indonesia cukup baik dibandingkan dengan negara-negara lain.

"Mari kita menilai berdasarkan fakta dan data, dan bukan berdasarkan kira-kira. Saya bisa mengatakan penanganan Covid-19 di Indonesia tidak buruk, bahkan cukup baik," kata Presiden Jokowi dalam video yang diunggah melalui kanal YouTube dan Instagram Sekretariat Presiden, Sabtu (3/10/2020).

Kepala Negara mengatakan, penanganan Covid-19 di Indonesia memang seharusnya dibandingkan dengan negara-negara dengan jumah penduduk yan sama-sama besar.

"Kalau di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara kecil yang penduduknya sedikit, tentu perbandiingan seperti itu tidak bisa menggambarkan keadaan yang sebenarnya," ujarnya.

Baca juga: Jokowi Klaim Penanganan Covid-19 di Indonesia Cukup Baik

Lantas, bagaimana data sesungguhnya saat ini dibandingkan negara-negara lain?

Kasus kematian disebut capai 25 ribu

Berdasarkan data dari laman Worldometers, Minggu (4/10/2020), dari segi jumlah total kasus positif terbanyak di dunia, Indonesia berada di peringkat ke-23.

Namun demikian, dari jumlah kasus kematian, Indonesia berada di posisi ke-17 sebanyak 11.055 kasus.

"Itu pun baru jumlah kematian yang terkonfirmasi positif. Jika kematian sebenarnya sesuai standar WHO atau data RS online di Indonesia seharusnya sudah ada lebih dari 25 ribu kematian akibat Covid-19," kata analis data yang juga merupakan salah satu inisiator Pandemic Talks, Firdza Radiany kepada Kompas.com, Minggu (4/10/2020).

Tingkat kesembuhan

Selain itu dalam video yang diunggah, Jokowi juga menyoroti soal tingkat kesembuhan pasien Covid-19 di Indonesia yang tinggi, yaitu sebesar 74,3 persen.

Baca juga: Jokowi: Memprioritaskan Kesehatan Bukan Berarti Mengorbankan Ekonomi

Namun, Firdza menilai bahwa tingkat kesembuhan bukan hal yang seharusnya dibanggakan jika dibandingkan negara-negara lain.

"Seharusnya juga yang dibanggakan bukan tingkat kesembuhan 74 persen. Indonesia dibanding negara ASEAN juga kalah tingkat kesembuhannya. Misalnya dibandingkan Malaysia dan Singapura yang tingkat kesembuhannya mencapai 90 persen," jelasnya.

Menurut dia, pandemi Covid-19 ditentukan oleh bisa tidaknya pemerintah dan masyarakat:

  • Menekan mobilitas penduduk sampai dengan 80 persen untuk menekan penyebaran virus
  • Penduduk teredukasi dengan baik agar 80 persen penduduk selalu menggunakan masker

"Menghentikan pandemi adalah menghentikan penyebaran virus, bukan lomba tingkat kesembuhan atau banyak-banyakan yang sembuh," ujar Firdza.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 

300.000 cases "Welcome, to The Hunger Games!" - Capitol -

Sebuah kiriman dibagikan oleh Pandemic Talks #ProtokolVDJ (@pandemictalks) pada 4 Okt 2020 jam 1:16 PDT

Menghentikan penyebaran virus

Pihaknya berpendapat, banyaknya pasien sembuh tidak akan berdampak signifikan apabila penyebaran virus tidak dihentikan.

"Masih akan semakin banyak yang sakit, rumah sakit penuh, dan tenaga medis kelelahan dan semakin banyak yang meninggal," lanjutnya.

Firdza menjelaskan, karena esensi pandemi adalah menghentikan penyebaran virus, maka indikator-indikator utama pandemi adalah testing massal, tracing massal (pelacakan dan isolasi), menurunkan positivity rate, dan menurungkan tingkat kematian.

"Jadi bukan banyaknya yang sembuh atau tingkat kesembuhan," tambahnya.

"Bahkan dalam persentase yang dibanggakan, Indonesia masih di bawah rata-rata dunia," lanjutnya.

Seperti diketahui, tingkat kesembuhan secara global dari virus corona adalah sebesar 75,14 persen.

Baca juga: Melihat Kasus Covid-19 di Indonesia Dibandingkan Negara Berpenduduk Besar Lainnya

Kondisi terkini 

Hingga Sabtu (3/10/2020), jumlah kasus Covid-19 di Indonesia mendekati 300.000 kasus, atau saat ini sebanyak 299.506 dengan 11.055 kasus kematian dan 225.052 pasien sembuh.

Melansir data dari laman Worldometers, Minggu (4/10/2020) siang, jumlah kasus virus corona di dunia adalah sebanyak 35,1 juta.

Dari jumlah tersebut, lebih dari 1 juta pasien telah meninggal dunia.

Sementara, lebih dari 26 juta orang telah dinyatakan sembuh.

Adapun jumlah kasus aktif yang tercatat di dunia adalah sebanyak 7,97 juta dengan 7,9 juta pasien dalam kondisi ringan dan 66.096 pasien dalam kondisi serius atau kritis.

Jumlah kasus terbanyak masih dicatatkan Amerika Serikat (AS), yaitu sebanyak 7,6 juta kasus, disusul India, Brasil, Rusia, dan Kolombia.

Sementara, dari jumlah kasus kematian, kasus paling banyak juga dicatatkan oleh AS, yaitu dengan 214.277 kasus, disusul Brazil, India, Meksiko, dan Inggris.

Kemudian, dari jumlah pasien sembuh, jumlah kesembuhan tertinggi ada di India dengan lebih dari 5,5 juta, disusul AS, Brasil, Rusia, Kolombia.

Baca juga: Update Covid-19 di Dunia 4 Oktober: 35,1 Juta Orang Terinfeksi, 1 Juta Meninggal | WHO Tegur Turki

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Konsumsi Vitamin C Berlebihan Bisa Sebabkan Batu Ginjal, Ketahui Batas Amannya

Konsumsi Vitamin C Berlebihan Bisa Sebabkan Batu Ginjal, Ketahui Batas Amannya

Tren
Melestarikan Zimbabwe Raya

Melestarikan Zimbabwe Raya

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 5-6 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 5-6 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kronologi dan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis | Peluang Indonesia vs Guinea

[POPULER TREN] Kronologi dan Motif Suami Mutilasi Istri di Ciamis | Peluang Indonesia vs Guinea

Tren
5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com