Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekolah Dibuka Juli 2020 atau Januari 2021? Begini Tanggapan Epidemiologi

Kompas.com - 02/06/2020, 18:41 WIB
Mela Arnani,
Virdita Rizki Ratriani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Wacana pembukaan kembali sekolah di tengah pandemi Covid-19 yang masih terjadi di Indonesia menuai pro dan kontra.

Sebagian besar orangtua merasa khawatir jika buah hatinya harus kembali ke sekolah dalam waktu dekat. Sementara itu, beberapa pemerintah daerah telah memasukkan rencana pembukaan sekolah pada kebijakan new normal.

Seperti misalnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah yang akan memberlakukan penerapan new normal di wilayahnya mulai Juli 2020.

Jika sekolah kembali dibuka, maka akan ada interaksi tatap muka secara langsung dan kemungkinan besar akan terjadi perkumpulan.

Seiring dengan hal tersebut, beberapa opsi muncul seperti memberlakukan sistem shifting, membatasi jumlah siswa yang masuk, dan menerapkan protokol kesehatan yang ada.

Selain itu, adapula wacana lain untuk membuka kembali sekolah pada Januari tahun depan. Bagaimana tanggapan epidemiolog mengenai ini?

Baca juga: Ridwan Kamil Sebut Aktivitas di Sekolah Diprediksi Mulai Januari 2021

Tanggapan epidemiolog

Epidemiolog dr Dicky Budiman M.Sc.PH, PhD (Cand) Global Health Security menyarankan untuk tidak membuka sekolah hingga situasi benar-benar baik.

"Sekolah sebaiknya ditunda sampai situasi pandemi betul-betul terkendali," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com, Selasa (2/6/2020).

Menurutnya, membuka sekolah sangat berisiko, termasuk mungkin akan memunculkan gelombang kedua virus corona  yang pertama kali diidentifikasi di China ini.

Ia menambahkan, sebuah studi yang diterbitkan Sara et al pada 2012, menunjukkan bahwa seluruh sekolah akan tutup ketika terdapat 0,1 persen populasi mengalami sakit, dan sekolah-sekolah tetap tutup selama pandemi. Tingkat serangan klinis dapat dikurangi lebih dari 50 persen.

Ia menyampaikan bahwa bentuk kenormalan baru dapat berupa motivasi dan kesadaran, mengenakan masker, mengurangi mobilitas, hingga keamanan di sekolah.

Baca juga: Pengawas Sekolah Asal Jombang Meninggal, Peserta Pelantikan Kepala Sekolah di Jatim Wajib Rapid Test

Syarat dilakukan new normal 

Dicky menambahkan, negara-negara dapat mempertimbangkan enam kriteria yang direkomendasikan WHO sebagai berikut.

1. Pengawasan kuat, kasus menurun dan transmisi dikendalikan.

2. Kapasitas sistem kesehatan tersedia untuk mendeteksi, mengisolasi, menguji, dan menangani setiap kasus dan melacak setiap kontak.

3. Risiko wabah diminimalkan dalam pengaturan khusus seperti fasilitas kesehatan dan panti jompo.

4. Langkah-langkah pencegahan itu dilakukan di tempat kerja, sekolah, dan tempat-tempat lain yang penting bagi orang untuk pergi.

5. Risiko yang muncul dapat dikelola.

6. Masyarakat sepenuhnya dididik, dilibatkan, dan diberdayakan untuk menyesuaikan diri dengan tatanan hidup baru atau new normal.

Baca juga: Peserta Pelantikan Kepala Sekolah di Jatim Mendadak Diwajibkan Rapid Test, Ini Penyebabnya

Sementara itu, Dicky yang telah terlibat dalam penanganan pandemi hampir 18 tahun sejak wabah SARS, HIC, dan flu burung tersebut menegaskan, penerapan pola sekolah baru harus dipersiapkan dengan matang.

Ia menilai, pelaksanaannya baru bisa atau boleh dilakukan jika kesiapan perangkat dan prosedur skrining telah dipenuhi.

"Bila belum dilakukan skrining maka sangat tidak dianjurkan untuk dipaksakan karena berbahaya," ujar dia.

 Potensi penularan Covid-19 dapat terjadi baik pada orang dewasa dan anak-anak, di mana ini dapat berakibat fatal yaitu kematian.

Baca juga: Dilema Siswa Kembali ke Sekolah Saat Pandemi Covid-19, Orangtua: Saya Pilih Anak Selamat

Panduan new normal jika sekolah dibuka kembali

Sementara itu, ia memberikan panduan new normal jika sekolah terpaksa harus dibuka di tengah pandemi yang masih terjadi. Berikut pemaparannya.

1. Proses skrining kesehatan bagi guru dan karyawan sekolah

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

23 Kata Tertua di Dunia yang Sudah Berusia 15.000 Tahun, Beberapa Masih Digunakan hingga Kini

23 Kata Tertua di Dunia yang Sudah Berusia 15.000 Tahun, Beberapa Masih Digunakan hingga Kini

Tren
5 Destinasi Wisata Dunia Khusus Pria, Wanita Dilarang Masuk

5 Destinasi Wisata Dunia Khusus Pria, Wanita Dilarang Masuk

Tren
5 Teleskop Terbesar di Dunia, Ada yang Diameternya Mencapai 500 Meter

5 Teleskop Terbesar di Dunia, Ada yang Diameternya Mencapai 500 Meter

Tren
11 Tanda Seseorang Mengalami Demensia, Salah Satunya Melupakan Nama Teman Dekat

11 Tanda Seseorang Mengalami Demensia, Salah Satunya Melupakan Nama Teman Dekat

Tren
Ramai soal Menantu Anwar Usman Ditunjuk Jadi Direktur Pemasaran dan Operasi PT Patra Logistik, Pertamina: 'Track Record' Baik

Ramai soal Menantu Anwar Usman Ditunjuk Jadi Direktur Pemasaran dan Operasi PT Patra Logistik, Pertamina: "Track Record" Baik

Tren
Pertama Kali di Dunia, Hiu Macan Muntahkan Ekidna, Mamalia Berduri Mirip Landak

Pertama Kali di Dunia, Hiu Macan Muntahkan Ekidna, Mamalia Berduri Mirip Landak

Tren
Ramai soal Besaran Iuran BPJS Kesehatan Akan Disesuaikan dengan Gaji per Juli, Ini Faktanya

Ramai soal Besaran Iuran BPJS Kesehatan Akan Disesuaikan dengan Gaji per Juli, Ini Faktanya

Tren
Peneliti: Virus Covid-19 Dapat Bertahan dalam Sperma Selama Berbulan-bulan sejak Terinfeksi

Peneliti: Virus Covid-19 Dapat Bertahan dalam Sperma Selama Berbulan-bulan sejak Terinfeksi

Tren
Benarkah Air Tebu Akan Basi 15 Menit Setelah Diperas? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Benarkah Air Tebu Akan Basi 15 Menit Setelah Diperas? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Apakah BPJS Kesehatan Menanggung Biaya Pengobatan dan Cabut Gigi Bungsu?

Apakah BPJS Kesehatan Menanggung Biaya Pengobatan dan Cabut Gigi Bungsu?

Tren
Apa Itu Pupuk Kompos? Berikut Manfaatnya bagi Tanah dan Tanaman

Apa Itu Pupuk Kompos? Berikut Manfaatnya bagi Tanah dan Tanaman

Tren
Usai Menyesal, Menteri Basuki Klarifikasi Tapera Ditunda dan Bakal Lapor Jokowi

Usai Menyesal, Menteri Basuki Klarifikasi Tapera Ditunda dan Bakal Lapor Jokowi

Tren
Nasib Mahasiswa UM Palembang Pelaku Plagiat Skripsi, Gagal Wisuda dan Diskors

Nasib Mahasiswa UM Palembang Pelaku Plagiat Skripsi, Gagal Wisuda dan Diskors

Tren
Air Terjun di China Tuai Protes karena Mengalir dari Pipa Buatan Manusia

Air Terjun di China Tuai Protes karena Mengalir dari Pipa Buatan Manusia

Tren
Suntik KB pada Kucing Disebut Bisa Picu Kanker, Benarkah?

Suntik KB pada Kucing Disebut Bisa Picu Kanker, Benarkah?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com