Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Italia Sebut Mayoritas Anak-anak yang Terinfeksi Covid-19 Pulih dalam 2 Minggu

Kompas.com - 23/04/2020, 07:11 WIB
Rizal Setyo Nugroho

Penulis

Awal bulan ini,CDC menerbitkan laporan yang menemukan bahwa mayoritas pasien anak di AS hanya mengalami gejala ringan seperti demam atau batuk, sementara beberapa anak dirawat di rumah sakit atau lebih buruk setelah terinfeksi.

Sebuah studi baru-baru ini yang dipublikasikan secara online dalam jurnal Pediatrics mengamati 2.143 kasus anak-anak dengan Covid-19 yang dikonfirmasi atau diduga yang dilaporkan ke CDC China antara 16 Januari hingga 8 Februari 2020.

Studi itu menemukan bahwa sejumlah anak di China menderita penyakit parah atau kritis dan satu anak telah meninggal.

Lebih dari 90 persen kasus adalah kasus tanpa gejala, ringan atau sedang. Namun, hampir 6 persen dari kasus anak-anak itu parah atau kritis, dibandingkan dengan 18,5 persen untuk orang dewasa.

Baca juga: Orang Tua atau Anak-anak yang Lebih Rentan terhadap Virus Corona?

Berdampak parah para orang tua

Pada awal wabah, para peneliti dan pakar penyakit menular mengatakan virus itu tampaknya membuat anak-anak tidak sehat.

Sementara bagi orang tua dan mereka yang memiliki penyakit bawaan bisa menjadi sangat parah.

Tetapi, seorang peneliti mencatat bahwa sedikitnya anak di antara kasus virus corona yang dikonfirmasi juga bisa karena mereka terinfeksi tetapi menunjukkan gejala yang lebih ringan yang tidak dilaporkan ke otoritas kesehatan.

“Data ini keluar di begitu banyak tempat dan begitu banyak bentuk,” ujar Marc Lipsitch, seorang profesor epidemiologi di Sekolah Kesehatan Masyarakat Harvard.

Perbedaan gejala di antara kelompok umur yang berbeda juga terlihat pada penyakit pernapasan lainnya. Flu musiman, yang menginfeksi jutaan orang di AS setiap tahun, biasanya lebih parah pada orang dewasa daripada anak-anak.

Menurut CDC, ribuan anak dirawat di rumah sakit setiap tahun di AS karena flu, tetapi kematian jarang terjadi.

Namun, 50 hingga 70 persen rawat inap terkait flu di AS terjadi pada orang berusia 65 tahun ke atas, dan 70 persen hingga 85 persen kematian terjadi pada kelompok usia itu.

Baca juga: Peneliti Temukan 3 Varian Virus Corona Penyebab Covid-19, Apa Saja?

Keterbatasan

Meskipun demikian, diakui bahwa studi peneliti Italia tersebut memiliki banyak keterbatasan. Sebab penelitian itu terjadi selama periode tiga bulan singkat dan semua kasus berasal dari China.

Akibatnya, mereka tidak dapat menilai kemungkinan perbedaan dalam diagnostik dan terapi. Para peneliti mengatakan studi lebih lanjut diperlukan, termasuk analisis data dari Eropa dan Amerika Serikat.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ramai soal Uang Rp 10.000 Dicoret-coret, Pelaku Terancam Denda Rp 1 M

Ramai soal Uang Rp 10.000 Dicoret-coret, Pelaku Terancam Denda Rp 1 M

Tren
Judi Online Makan Korban Aparat TNI dan Polri, Bukti Bom Waktu Berantas Setengah Hati?

Judi Online Makan Korban Aparat TNI dan Polri, Bukti Bom Waktu Berantas Setengah Hati?

Tren
Mengenal 'Bamboo School' Thailand, Sekolah yang Dikelola Sendiri oleh Siswanya

Mengenal "Bamboo School" Thailand, Sekolah yang Dikelola Sendiri oleh Siswanya

Tren
Rangkuman “Minggu Kriminal” di Pati, Ada Pengeroyokan, Pembunuhan, Perampokan

Rangkuman “Minggu Kriminal” di Pati, Ada Pengeroyokan, Pembunuhan, Perampokan

Tren
Mengapa Bendera Putih Jadi Simbol Tanda Menyerah? Ini Alasannya

Mengapa Bendera Putih Jadi Simbol Tanda Menyerah? Ini Alasannya

Tren
Jakarta Fair 2024: Harga Tiket, Cara Beli, dan Daftar Musisi

Jakarta Fair 2024: Harga Tiket, Cara Beli, dan Daftar Musisi

Tren
Sosok di Balik Akun FB Icha Shakila yang Minta Ibu Lecehkan Anak Belum Terungkap, Siapa Dalangnya?

Sosok di Balik Akun FB Icha Shakila yang Minta Ibu Lecehkan Anak Belum Terungkap, Siapa Dalangnya?

Tren
UPDATE Ranking BWF Indonesia Usai Indonesia Open 2024

UPDATE Ranking BWF Indonesia Usai Indonesia Open 2024

Tren
Mantan Juru Kampanye Prabowo-Gibran, Simon Aloysius Jadi Komisaris Utama Pertamina

Mantan Juru Kampanye Prabowo-Gibran, Simon Aloysius Jadi Komisaris Utama Pertamina

Tren
Cara Memilih Sekolah SMP-SMA Jalur Zonasi PPDB Jakarta 2024

Cara Memilih Sekolah SMP-SMA Jalur Zonasi PPDB Jakarta 2024

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Suhu Panas di Surabaya dan Jakarta, Berlangsung sampai Kapan?

BMKG Ungkap Penyebab Suhu Panas di Surabaya dan Jakarta, Berlangsung sampai Kapan?

Tren
Dulu Berseberangan, Apa yang Membuat PDI-P Kini Melirik Anies Baswedan?

Dulu Berseberangan, Apa yang Membuat PDI-P Kini Melirik Anies Baswedan?

Tren
Head to Head Indonesia Vs Filipina, Garuda di Atas Angin

Head to Head Indonesia Vs Filipina, Garuda di Atas Angin

Tren
Kapolda Ahmad Luthfi Segera Jadi Irjen Kemendag, Bagaimana Nasibnya pada Pilkada Jateng 2024?

Kapolda Ahmad Luthfi Segera Jadi Irjen Kemendag, Bagaimana Nasibnya pada Pilkada Jateng 2024?

Tren
Pesawat Austrian Airlines Terjang Badai Es, Bagian Depan sampai Berlubang Besar

Pesawat Austrian Airlines Terjang Badai Es, Bagian Depan sampai Berlubang Besar

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com